SRAGEN - Seorang tenaga kerja Indonesia asal Sragen, Jawa Tengah, tewas diduga karena disiksa majikan perempuan di Arab Saudi. Sebelumnya, TKI itu sempat menghubungi keluarga di Sragen yang menyatakan dirinya kerap mendapat disiksa majikan perempuannya.
Dalam pembicaraan tersebut, TKI yang diketahui bernama Sulastri itu sempat meminta untuk dipulangkan. Namun sebelum sempat pulang, korban telah meninggal dunia.
Kabar meninggalnya warga Dusun Cemeng, Desa Plumbon, Sragen, itu diterima keluarga pada Sabtu pagi melalui PT Amri Margatama di Jakarta, perusahaan ini yang memberangkatkan Sulastri ke Arab Saudi.
Dalam surat pemberitahuan itu dicantumkan, perempuan 39 tahun itu tewas karena jatuh dari ketinggian, tanpa menyebut secara rinci lokasi maupun penyebabnya. Kabar yang begitu mendadak membuat keluarga yang ada di Sragen menaruh curiga atas kematian TKI yang bekerja selama 4 tahun di Riyadh itu.
Menurut Sriyanto, kakak korban, sebelum meninggal adiknya sempat bercerita mendapat siksaan dari majikan perempuan dan minta dipulangkan.
“Terakhir kontak sebelum Lebaran lalu akan segera pulang bulan ini. Tapi ada kabar kalau adiknya telah meninggal,” tutur Sriyanto, Sabtu (25/12/2010).
Atas informasi itu, keluarga curiga terkait penyebab kematian adiknya dan menuntut untuk dilakukan visum ulang. “Dalam surat itu adik saya meninggal karena terjatuh dari ketinggian, tapi tidak disebutkan ketinggian apa, jembatan atau hotel,” jelasnya.
Dalam surat yang dikirim dari perusahaan pengerah tenaga kerja dan Dubes RI di Riyadh, Sulastri meninggal pada 7 Oktober dan berita ini baru sampai di Kedubes pada 13 Desember lalu.
Sementara itu, Kepala Desa Plumbon Joko Triyono mendesak jasa pengerah tenaga kerja yang memberangkatkan Sulastri untuk bertanggung jawab atas kondisi jenazah wargannya.
“PT Amri Margatama harus bertanggung jawab atas kematian Sulastri dan memulangkannya hingga ke tanah kelahiran,” tegas Joko.
Selain itu, keluarga dan desa berharap pemerintah pusat membantu memulangkan jenazah wargannya, karena saat ini suami dan ketiga anaknya yang masih kecil menunggu.
(Anton Suhartono)