JAKARTA - Abdullah Hehamahua tak main-main dengan keputusannya mencalonkan diri menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Di hadapan anggota dewan, Abdullah bahkan menegaskan kesiapan dirinya menerima resiko terburuk berhadapan dengan koruptor bila terpilih menjadi pimpinan KPK nantinya.
Baginya, menjadi pimpinan KPK adalah jalan jihad. "Umur saya sudah 63, artinya sudah melebihi dari apa yang disunahkan Rasulullah. Saya lebih memilih mati syahid ditembak koruptor, dibanding mati diatas tempat tidur," kata Abdullah dalam uji kepatutan dan kelayakan capim KPK di Komisi Hukum DPR, Jakarta, Selasa (29/11/2011).
Anggota dewan sempat mempertanyakan usia Abdullah yang paling tua dibanding tujuh calon lain. "Umur saya 63, Anda bisa cek siapa yang datang ke KPK sebelum jam 7 pagi. Kalau soal fisik, itu ditentukan daya pikir. Selama pikirannya baik, maka tubuh akan bisa menyesuaikan," ujarnya.
Pagi harinya, lanjut Abdullah, ia mengaku bersemangat untuk mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan KPK. "Karena buat saya ini adalah perang melawan kezoliman," ujarnya.
Dia menceritakan, keinginannya menjadi pimpinan KPK tak lain ingin membenahi pola penanganan pemberantasan korupsi. Abdullah pun baru bersedia mendaftarkan diri menjadi capim KPK pada periode ini. "Selama ini saya hanya bertugas menasehati selama enam tahun. Kini saatnya turun tangan," pungkasnya.
Dalam pandangannya, KPK ke depan harus memiliki skala prioritas baru dalam menangani perkara korupsi. Fungsi koordinasi dan supervisi dengan Kejaksaan dan Kepolisian juga harus diperkuat. Selain itu, Abdullah akan mengusahakan perekrutan penyidik dan penuntut independen untuk dipekerjakan secara tetap di komisi antikorupsi.
(TB Ardi Januar)