BANDA ACEH - Gempa 6,2 Skala Richter yang berpusat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, siang tadi merupakan gempa tektonik akibat pergerakan sesar Sumatera atau patahan Semangko. Gempa ini berpusat di darat sehingga banyak menimbulkan kerusakan bangunan.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, Faizal Ardiansyah, mengatakan, gempa tektonik tersebut tak serta merta meningkatkan aktivitas gunung berapi Burni Telong di Bener Meriah, namun status gunung api tipe A itu tetap harus selalu dipantau. Warga juga harus mewaspadai longsor, karena gempa jenis ini dapat mengganggu kestabilan lereng.
“Masyarakat diharapkan dapat tenang sambil memperbanyak doa, karena gempa tektonik tidak serta merta mengakibatkan meningkatnya aktivitas gunung api Burni Telong. Hanya yang diperlukan adalah pemantauaan untuk meningkatkan kewaspadaan,” kata Faizal, Selasa (2/7/2013) malam.
Menurutnya gempa yang menewaskan enam orang di Bener Meriah dan Aceh Tengah ini, memiliki pola yang sama dengan gempa di Tangse, Kabupaten Pidie pada Maret 2013. Dia menjelaskan, gempa tektonik bisa mengganggu posisi magma dalam perut gunung api. Bisa jadi magma akan menyusup ke rekahan yang terbentuk dalam perut bumi sehingga energi tekanan magma ke perut gunung api berkurang.
“Namun, sebaliknya bisa juga tekanan magma dalam perut bumi semakin meningkat yang menyebabkan gunung api lebih aktif dari sebelumnya,” ujar dia.
Wilayah Aceh yang rawan gempa tektonik dari sumber gempa di laut adalah seluruh pesisir pantai barat dan selatan Aceh. Gempa yang berpusat di laut ini dapat berpotensi terjadinya gelombang tsunami.
“Untuk wilayah yang rawan gempa tektonik dari sumber gempa darat yaitu patahan Semangko. Wilayah ini umumnya membelah bagian tengah wilayah Aceh, searah dengan Bukit Barisan,” sebut Faizal.
Patahan Semangko juga memiliki sesar-sesar kecil yang menyebar pada beberapa wilayah Aceh baik di utara maupun selatan. Seperti patahan Lokop-Kutacane, Blangkeujeren-Mamas, Kla-Alas, Reunget-Blangkeujeren, Anu-Batee, Samalanga-Sipopoh, Banda Aceh-Anu, dan Lamteuba-Baro.
“Wilayah yang dilalui patahan Semangko ini juga sangat rentan terhadap longsor. Oleh karena itu perlu penanganan teknis yang tepat untuk pemotongan lereng dan pembuatan jalan di daerah tersebut,” katanya.