Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Densus Salah Tangkap, Bukti Kerjasama dengan BNPT Buruk

Tegar Arief Fadly , Jurnalis-Selasa, 30 Juli 2013 |14:46 WIB
Densus Salah Tangkap, Bukti Kerjasama dengan BNPT Buruk
Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Peristiwa salah tangkap terhadap dua orang terduga teroris di Tulungagung, Jawa Timur beberapa waktu lalu menunjukan bahwa sistem intelejen di Densus 88 sangat buruk. Padahal hal terpenting dalam penindakan teroris adalah data intelejen.

"Data intelijennya tidak akurat sehingga seperti itu, harusnya benar-benar akurat," kata Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Taslim Chaniago kepada Okezone di Jakarta, Selasa (30/7/2013).

Selain itu, Taslim menduga kerja sama yang buruk antara Densus dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menjadi faktor lain penyebab dari terjadinya salah tangkap itu.

"Penanganan teroris tidak hanya Densus 88 sekarang sudah ada BNPT maka seharusnya salah tangkap tidak ada lagi terjadi, karena semuanya masalah teroris sudah terkoordinasi dengan baik seharusnya," paparnya.

Lebih lanjut Taslim meminta kepada Densus untuk meminta maaf kepada korban salah tangkap itu. "Densus secara gentelman minta maaf ke pada korban dan keluarga korban. Ini adalah pelajaran bagi Densus," tandasnya.

Sebelumnya dua orang terduga teroris, Sapari, (49), dan Mugi Hartanto, (38), yang akhirnya dibebaskan setelah menjalani pemeriksaan selama seminggu oleh Tim Densus 88.

Sapari adalah warga Desa Penjor, sedangkan Mugi, warga Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo ikut ditangkap oleh Densus 88 karena mengantarkan terduga teroris Rizal dan Dayat untuk mencari bus di Jalan Pahlawan. Rizal dan Dayat tewas ditembak petugas dalam penggerebekan itu.
 
Sapari menceritakan, penggerebekan berlangsung cepat sekitar tiga menit, bahkan dia dan Mugi belum sempat turun dari kendaraan. Saat itu tiba-tiba Densus menembak Dayat, sedangkan Rizal mencoba melarikan diri ke arah utara sebelum akhirnya juga mati ditembak. Sementara dia dan Mugi langsung diringkus dan dimasukkan ke dalam mobil.
 
Selama menjalani pemeriksaan, Sapari mengaku tidak mendapat perlakuan kasar dari aparat kepolisian. Dia diperiksa dalam kondisi mata tertutup isolasi. Dia juga diperiksa sendiri tidak bersama-sama Mugi, ketika tidur pun tidak bersama Mugi.
 
Hal serupa turut disampaikan Mugi. Meski ada sejumlah luka lecet di pergelangan tangannya akibat borgol yang menurutnya terlalu kencang. Dia berharap agar namanya kembali bersih dan dipastikan tidak terlibat dalam jaringan terorisme.

(K. Yudha Wirakusuma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement