JAKARTA - Pembagian kondom lewat program Pekan Kondom Nasional dinilai tidak baik diberikan secara umum. Wakil Ketua Komisi IX Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) mengatakan, program pembagian kondom ini harusnya lebih tepat sasaran yaitu di tempat lokalisasi atau kepada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS.
"Kondom hanya cocok untuk tempat lokalisasi dan bagi pasangan berisiko tinggi," ujar Noriyu lewat pesan eletroniknya kepada wartawan, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Ketimbang menanggapi polemik dari Pekan Kondom Nasional ini, Noriyu lebih memberikan gambaran tentang penularan HIV/AIDS itu sendiri. Menurutnya, penularan seks bebas bisa terjadi di kalangan remaja dan adanya perselingkuhan rumah tangga.
Untuk kalangan pelajar, dia mengatakan seks bebas terjadi lantaran tidak adanya pendidikan seks yang berjenjang. "Sehingga, anak SMP sudah mampu membuat video seks atas dasar keingintahuannya tanpa mengetahui bahayanya," katanya.
Ditambah, tambah Noriyu, saat ini angka kehamilan usia remaja dan di luar nikah meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan angka penularan HIV/AIDS.
"Untuk itu, mereka bukan target yang tepat untuk mendapatkan kemudahan akses kondom," ucap politikus asal Partai Demokrat ini.
Untuk perselingkuhan, lanjutnya, juga terjadi peningkatan angka HIV/AIDS khususnya pada ibu rumah tangga. Ini, sambung Noriyu, merupakan gejala adanya problem komunikasi antara suami istri sehingga terjadi eksperimentasi di luar hubungan dengan istri.
"Artinya, harus ada kajian khusus tentang kualitas komunikasi dalam rumah tangga sehingga kok mudah sekali 'pindah ke lain body'," sambung Noriyu.
Selain itu, tambahnya, sudah ada program dari pemerintah untuk menjauhkan diri dari penularan HIV/AIDS. "BKKBN dengan program GenRe, sudah mensosialisasikan pencegahan narkoba, seks bebas,dan HIV/AIDS. Kemenkes, juga harus koordinasi dengan Mendikbud untuk laksanakan pendidikan seks berjenjang sebagai bagian dari kurikulum," terangnya.
(K. Yudha Wirakusuma)