DEPOK - “Papa pulang ga malam ini? Aku ulang tahun…” ketika mendengar kalimat itu, AKP Malvino langsung menunduk sayu. Meski tak bisa menahan tetes air mata, ia berusaha terlihat tegar. Vino pun berusaha melempar senyum dihadapan buah hatinya meski hatinya sedang sedih harus meninggalkan istri dan kedua anaknya demi tugas yang diemban.
Ya, kesuksesan anggota Polri dari Satgas Merah Putih mengungkap serta mengagalkan peredaran sabu seberat 1 ton asal Taiwan di Anyer, Banten, mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Namun di balik itu semua, banyak kisah haru yang dialami oleh sejumlah anggota di lapangan. Salah satunya, dirasakan pula oleh Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Malvino Edward Yusticia Sitohang.
AKP Malvino dengan hangat menerima Okezone untuk berbincang santai. Pria lulusan Victoria University of Wellington, New Zealand jurusan Master of Strategic Studies itu bercerita, seputar keberhasilan tim dalam mengungkap banda sabu jaringan internasional yang masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur air di kawasan Anyer, Banten.
“Wah, sangat senang. Terbayar semua capek kurang lebih dua bulan (pengintaian). Karena bisa berkontribusi besar kepada bangsa. Yang lebih bahagia karena ini bisa menyelamatkan nyawa orang banyak dari bahaya narkoba,” ujar Vino, sapaan akrabnya, membuka obrolan, Sabtu (15/7/2017).
Rasa bangga usai mengungkap kasus tersebut juga sekaligus sedikit bisa membayar ketegaran hati istri dan kedua anaknya yang masih balita. Maklum, selama hampir dua bulan pengintaian, Vino belum sempat meluangkan waktu berkualitas bersama mereka. Bahkan hingga detik ini. Laataran ia dan tim harus bertolak menuju luar kota dan luar negeri dalam mengembangkan kasus yang sama.
“Saat Hari Raya Lebaran pun tim berada di Anyer untuk memantau gerak-gerik pelaku penyelundupan sabu 1 ton,” tandasnya.
Momen yang paling haru dan menguras emosional Malvino ketika Hari Bhayangkara ke-71, 1 Juli 2017 lalu. Karena tanggal tersebut juga bertepatan dengan ulang tahun putra pertamanya. Saat itu, situasi Malvino tidak memungkinkan untuk meninggalkan pengintaian, sekedar menengok keluarganya di rumah sesaat.
“Saat itu saya dapat video call dari istri. Yang paling sedih itu saat anak saya nanya ‘papa pulang ga malam ini? Aku ulang tahun hari ini’. Mau nangis rasanya hati. Pasti sedih karena memang jarang bertemu,” kata pria kharismatik kelahiran Medan, 9 Agustus 1985 itu.
Sewaktu mendengar kalimat itu, Malvino langsung menunduk sayu. Meski tak bisa menahan tetes air mata, ia berusaha terlihat tegar. Nampak, Vino berusaha senyum di hadapan meski hatinya sedang sedih akan berpisah dengan istri dan kedua anaknya dalam waktu yang cukup lama.
Harapan keluarganya untuk bertemu Malvino harus pupus, ketika ia ditunjuk kembali untuk bergabung bersama tim dalam mengungkap kasus pengeroyokan dan penganiayaan atas nama korban Hermansyah (Pakar Telematika ITB).
“Dan sampai sekarang saya belum rayakan ultah anak saya dan belum smepat bertemu karena harus tugas lagi. Setelah kasus Hermanysah saya langsung ke Batam. Masih pengembangan. Kami kejar terus ke atasnya (bandar sabu 1 ton),” jelas jebolan Akademi Kepolisian 2006 itu.