Cangkok Hati Ramdhan Sukses

Koran SI, Jurnalis
Minggu 25 April 2010 09:13 WIB
Share :

SURABAYA – Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo Surabaya, membuat sejarah. Kemarin, tim dokter rumah sakit terbesar di Indonesia timur tersebut berhasil melakukan operasi cangkok hati terhadap penderita atresia billier Ramdhan Aldhil Saputra (3,5). Bocah asal Trenggalek ini mendapatkan donor hati dari sang ibu, Ny Sulistiyowati. Seusai operasi yang digelar mulai pukul 08.00 hingga 21.00 WIB, keduanya dalam keadaan stabil.

Ketua Tim Transplantasi dr Sjamsul Arief, SpAK, MARS menjelaskan, pengangkatan liver Ramdhan yang rusak atau mengalami sirhosis berjalan dengan baik meski operasi berlangsung lebih lama dari skenario yang dibuat sebelumnya. “Namun hal ini normal karena kasus atresia billier yang dialami Ramdhan tergolong sulit ditangani,” ujarnya. Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf yang ikut memantau langsung jalannya operasi di ruang pertemuan 106 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) Rumah Sakit dr Soetomo mengungkapkan rasa bangganya atas hasil kerja tim dokter RSU dr Soetomo.

Dia menilai operasi kali ini adalah operasi yang bersejarah bagi warga Jatim. “Ini adalah sejarah RSU dr Soetomo dan sejarah para dokter. Ini pertama kali di Surabaya. Jatim ukir sejarah,” ujar Saifullah. Kesuksesan operasi cangkok hati memang patut menjadi kebanggaan. Di Indonesia tercatat operasi serupa kali pertama dilakukan RS Kariadi Semarang terhadap pasien Ulung Hara Utama (1 tahun 3 bulan) pada 1 Oktober 2006. Saat itu tim dokter rumah sakit tersebut mencangkokkan 25 persen hati milik ibu kandung Ulung.

Dalam 25 persen hati itu terkandung saluran arteri, saluran vena, dan saluran empedu. Dua bulan pascaoperasi, fungsi hati Ulung bisa berjalan normal. Bilqis Anindya Pasha yang juga menderita kelainan hati rencananya menjalani operasi yang sama di RS Kariadi. Namun, pasien yang dikenal lewat “Koin Peduli Bilqis” itu keburu meninggal dunia pada Sabtu, 10 April lalu.

Tim operasi Ramdhan 8 dokter, terdiri atas dokter bedah anak sebanyak 3 orang, anestesi 5 orang. Adapun untuk pendonor hanya 1 dokter untuk anestesi resipien.Total keseluruhan dokter yang terlibat dalam operasi berjumlah 12 dan dibantu 48 perawat. Para dokter itu di antaranya Dr Vicky Sumardi Budi Pramana,SpBKBD; Dr Iwan Kristian, SpBKBD; Dr Yan Efrata Sembiring, Spa; Dr Heru Subroto,SpTKV.

Selain itu, tim dokter RSU dr Soetomo mendapat asistensi dari 4 dokter dan 1 perawat dari China, yang dipimpin langsung Presiden Oriental Organ Transplantations Center (OOTC) Tian Jin, China, Prof Dr dr Shen Zhongyang. Kerusakan liver Ramdhan memang tergolong sangat serius. Kondisi ini membuat proses operasi tidak berjalan mudah. Adanya pelekatan jaringan parut di sekitar hati membuat operasi berjalan sangat hati-hati. Apalagi dalam operasi ini tidak boleh terjadi perdarahan karena pasien harus dihindarkan dari adanya transfusi darah.

Hal lain yang membuat operasi molor dari skenario adalah ditemukannya pembengkakan enam kelenjar getah bening. Pembengkakan inilah yang membuat tekanan dan penyempitan saluran pembuluh darah. “Kita temukan penyebab penyempitan saluran pembuluh darahnya, yakni adanya pembengkakan kelenjar yang akhirnya kita potong,”kata Sjamsul. Menurut Sjamsul, kesulitan tersebut sebelumnya sudah diprediksi, yaitu kesulitan saat mengangkat bagian vena porta yang sudah mengecil akibat pembengkakan.

Namun ia tidak menyangka akan menjadi kendala yang hebat sehingga operasi berjalan jauh di atas perkiraan. “Untung dokternya sangat sabar dan teliti sehingga semuanya selesai dengan baik,” katanya. Prof Shen Zhongyang yang melakukan supervisi transplantasi menyatakan salut atas kegigihan tim operasi dari RSU dr Soetomo. “Operasi ini tergolong sulit. Tapi tim dokternya begitu hebat sehingga berhasil dengan baik. Ke depan tentu RS ini bisa melakukan dengan keberhasilan pula,” katanya usai mendampingi tim dokter.

Dia menilai operasi terhadap Ramdhan tergolong sulit. Kesulitan pertama terkait usia anak yang sudah mencapai 3,5 tahun. Pada usia tersebut telah terjadi berbagai perubahan atas kondisi tubuhnya, terutama adanya pembengkakan kelenjar getah bening yang mengakibatkan terjadinya penyempitan vena porta. “Kalau normal hanya butuh 30 menit. Ini untuk mengangkat vena porta saja sampai 6 jam,” katanya.

Kesulitan kedua adalah terjadinya pelekatan-pelekatan karena kondisi liver yang sudah sangat buruk sehingga tim dokter harus ekstra hati-hati melakukan pengangkatan. Namun, hal ini akan jadi pelajaran yang baik untuk tim transplantasi RSU dr Soetomo ke depannya. Ketua Forum Pers RSU dr Soetomo Surabaya dr Urip Murtedjo menambahkan, setelah operasi ini, kerja tim selanjutnya adalah melakukan observasi pascaoperasi. Tim akan terus memantau kerja liver baru Ramdhan.

“Selama beberapa waktu kita akan terus lakukan pemantauan dan itu akan jadi bahan diskusi para dokter dan mahasiswa,” katanya. Dengan keberhasilan ini, Saifullah berharap dua hingga tiga tahun mendatang orang Jatim tidak lagi berobat ke luar negeri. Apalagi fasilitas dan teknologi medis yang dimiliki rumah sakit di Jatim semakin lengkap, termasuk perlengkapan transplantasi organ tubuh manusia.

Direktur RSU dr Soetomo, dr Slamet Riyadi Yuwono, DTMH, MARS, membenarkan pihaknya berencana membangun gedung khusus transplantasi. “Ke depan, sisi timur GBPT akan kita gunakan sebagai gedung pusat operasi transplantasi. Jadi benar apa yang dikatakan Wakil Gubernur tadi,” ujarnya. Dia lantas menuturkan, operasi Ramdhan ini merupakan langkah awal dari penanganan transplantasi organ di RS yang dipimpinnya.

Menurutnya, kasus atresia billier cukup banyak ditemui, baik yang merupakan bawaan lahir maupun akibat dari penyakit lain yang kemudian merusak liver. Kemungkinannya mencapai 10 dari setiap 10.000 kelahiran. Saat ini saja sudah ada tiga orang pasien yang senasib dengan Ramdhan. Namun, dr Slamet belum bisa memastikanapakahketiganya akan ditangani seperti Ramdhan atau tidak. “Nanti kita lihat lagi,” katanya.

Ayah Ramdhan Lega

Meski masih tampak tegang, sorot mata bahagia jelas terpancar di mata Bambang Sutondo Winarto (52), ayah Ramdhan. Sebelumnya, dia terlihat sangat tegang dan bahkan sesaat setelah operasi dimulai dia sempat menghilang dari sekitar ruang operasi maupun ruang pertemuan 106 tempat siaran langsung operasi dilakukan. “Alhamdulillah. Kedua orang yang saya cintai sudah berhasil menjalani operasi. Maaf, saya tadi langsung kembali ke kamar Ramdhan (di Lantai 6 Graha Amerta) karena tidak sanggup melihat operasi mereka,” ujar Bambang berkaca-kaca.

(M Budi Santosa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya