Dibalik Serangan Sekolah-Sekolah di China

, Jurnalis
Sabtu 15 Mei 2010 10:17 WIB
Share :

BEIJING - Ketidakadilan Dituding Sebagai Akar Masalah Sejumlah teori dan analisis terus bermunculan seiring makin meningkatnya jumlah serangan terhadap anak-anak sekolah di China.

Benarkah ketidakadilan menjadi penyebab semua tragedi tersebut? Belum selesai warga China berduka pascatragedi penyerangan seorang petani ke sebuah sekolah dasar di Kota Weifang, akhir April lalu, China kembali diguncang serangan terhadap anak-anak sekolah. Rabu (12/5), seorang pria dengan membawa pisau menyerang sekolah dasardo Provinsi Shaanxi.

Serangan tersebut semakin memperpanjang daftar insiden penyerang terhadap anak-anak sekolah. Sejak Maret, tercatat sudah ada enam kali serangan yang menewaskan 17 anak-anak tidak berdosa.

Serangan yang terjadi di Provinsi Shaanxi semakin membuat orang bertanya-tanya: Ada apa dengan masyarakat China? Cerita Li Yufen yang bertetangga dengan Wu Huanming mungkin bisa membuka sedikit tabir dari persoalan pelik ini.

Menurut penuturan Li Yufen, Wu Huanming bertengkar hebat dengan pemilik sekolah Wu Hongying sebelum melakukan aksi nekatnya. Huanming kesal karena Hongying tak kunjung menutup sekolahnya. Hongying diketahui menyewa tempat untuk sekolah TK dari Huanming hingga April.

Huanming meminta Hongying untuk menutup sekolah itu pada April tapi Hongying bersikukuh untuk tetap membuka sekolah sampai liburan panjang atau musim panas nanti. "Saya melihat dia memegang pisau di tangan kanan.

Saya lari dan kemudian berteriak-teriak tapi tidak ada saaupun yang mendengar karena hujan lebat," papar Li Yufen.

Li Yufen mengisahkan kalau sang penyerang melewatinya dan memberikan tatapan tajam sebelum dia bergerak cepat menyerang TK dan menusuk tujuh murid di sana. Huanming mungkin sangat marah karena Hongying tak kunjung menepati janji untuk menutup sekolah.

Namun, benarkah dia tega melakukan serangan itu hanya karena persoalan sewa-menyewa? "Saya kira penyebab utama dari serangkaian serangan ini adalah proses transformasi ekonomi sosial China ke tingkat yang lebih kompetitif hingga menyebabkan tekanan tinggi. Ada banyak orang yang tidak bisa menangani tekanan besar itu," ucap dosen politik Hong Kong City University Joseph Cheng.

Cheng juga menyebut berbagai tindak ketidakadilan di masyarakat China seperti korupsi, kebijakan yang sewenang-wenang serta hak-hak istiemewa untuk orang-orang tertentu sudah membuat banyak warga China merasa teraniaya.

"Semua persoalan itu membuat mereka merasa tidak diperlakukan secara adil hingga menimbulkan kesedihan yang mendalam," tambahnya.

Cheng menegaskan banyaknya serangan tersebut juga bisa menjadi indikasi semakin sakitnya mental masyarakat China. Persoalan ini akan menjadi sangat serius karena China selama ini mengabaikan sistem layanan kesehatan serta konsultasi kejiwaan.

"Orang China menganggap gangguan mental bukan penyakit yang serius dan harus ditangani. Persoalan ini sudah lama menjadi isu yang tersembunyi," papar Cheng.

Muncul kekhawatiran kalau jumlah serangan akan meningkat di waktu-waktu mendatang karena banyak warga China menganggap penyerangan terhadap sekolah sebagai cara terbaik untuk menarik perhatian banyak orang untuk mengetahui kesedihan mereka.

Menyusul serangan demi serangan yang terjadi, sekola-sekolah di China semakin mengetatkan pengawasan dengan memanfaatkan CCTV serta menambah penjaga keamanan. Sekitar 500 TK di Beijing kini mempekerjakan 2.000 penjaga sekolah professional.

Ribuan penjaga serupa kini dibutuhkan untuk mengawasi 4.500 sekolah lainnya. Rabu (12/5), pemerintah China menahan beberapa orang yang dicurigai terkait dengan serangan sekolah. Sayang, penangkapan ini tidak disertai bukti yang cukup. (Koran SI/Koran SI/maesaroh)

(Fajar Nugraha)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya