Awas, Indoktrinasi Konsep Pendidikan Membahayakan

SEMARANG - Pengajaran dengan sistem indoktrinasi dinilai dapat membahayakan konsep pendidikan karakter.

Uraian tersebut disampaikan pengamat pendidikan Sri Suciati di sela-sela seminar bertajuk  Membentuk Karakter Siswa Melalui Pendidikan Humanistik, di Gedung Utama Kampus IKIP PGRI Semarang, kemarin.

Menurut Suciati, pendidikan yang menerapkan sistem indoktrinasi dapat membuat karakter siswa tidak dapat berkembang secara maksimal. Bila indoktrinasi berlangsung secara terus-menerus, karakter siswa dikhawatirkan akan terkikis secara sistematis.

“Sistem indoktrinasi akan membuat siswa hanya mampu menerima tanpa dapat melakukan improvisasi terhadap sesuatu yang disampaikan. Secara otomatis pengembangan karakter siswa menjadi terkerdilkan oleh sistem yang digunakan,” tutur Suciati.

Perlu pengajaran bersifat humanistik untuk membangun pendidikan karakter. Pengajaran yang bersifat humanistik meletakkan siswa sebagai manusia yang dihargai serta memiliki naluri untuk terus berkembang.

“Pada dasarnya, pendidikan yang bertumpu pada masalah humanistik meletakkan peserta didik sebagai manusia seutuhnya. Dengan bahasa lain, pendidikan humanistik berusaha menerapkan pendidikan yang memanusiakan manusia,” paparnya.

Guna mengembangkan pendidikan humanistik, Suciati memberikan gambaran perlunya seorang pengajar memahami kebutuhan dasar manusia.

Setidaknya ada lima kebutuhan dasar manusia yang harus dihormati seorang pengajar, yakni kebutuhan jasmaniah, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan kasih sayang.

“Dua kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang harus dihormati sehingga akan memunculkan sifat-sifat humanistik dalam sebuah proses pembelajaran. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang perlu dipahami seorang pengajar dalam proses pembelajaran,” bebernya. (susilo himawan/koran si)

(Rani Hardjanti)