JAKARTA- Tantowi Yahya, Anggota Komisi I DPR RI semakin serius mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta. Tantowi mengungkapkan kesiapannya sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta saat menyambangi siswa -siswi Madrasah Aliyah Negeri 7 (MAN 7), Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
“Insya Allah, mohon doanya saja. Memang ada banyak pihak yang mendorong saya maju sebagai calon gubernur DKI. Ada dari kalangan mahasiswa, LSM, masyarakat, politikus, tokoh, dan ormas, termasuk rekan-rekan warga Betawi. Mereka minta saya maju menjadi calon Gubernur DKI Jakarta,” ungkap Tantowi di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Rabu (9/3/2011)
Menyikapi pertanyaan mengenai kecenderungan bahwa yang layak menjadi gubernur DKI adalah orang asli Jakarta , Tantowi menyatakan ingin mengubah mitos itu.
“DKI ini adalah ibukota negara. Semua adat, daerah, suku, budaya, segala pusat pemerintahan, ekonomi, politik, sudah berkumpul di Jakarta DKI sudah menjadi daerah migran, tempat berkumpulnya semua elemen bangsa. Saya ingin menyampaikan bahwa kita ini adalah nusantara yang harus bersatu padu, bahu membahu membangun ibukota. Jadi, siapa pun mempunyai kesempatan yang sama untuk membangun ibukota Jakarta . DKI sudah menjadi kota internasional,” katanya.
Menurut Tantowi, siapa pun yang dipercaya untuk memimpin Jakarta harus tokoh yang visioner, tidak dalam tatanan normatif. Visioner itu ditandai dengan adanya terobosan. Sebab, tanpa itu, Jakarta akan kembali terjebak pada rutinitas, tetap macet, banjir, permasalahan dengan sampah, urbanisasi, problem-problem klasik, problem yang ada dari periode-periode.
"Memimpin Jakarta tidak bisa dalam konteks rutinitas, harus ada terobosan baru. Untuk memimpin Jakarta masa depan harus ada dua konsep besar. Pertama, radikalisme. Dalam artian harus berani membuat aturan, tidak selalu normatif tapi harus mengandung makna positif untuk masyarakat. Kedua, konsistensi. Tanpa konsistensi akan sulit mengubah Jakarta. Gubernur Jakarta jangan sampai disandera oleh berbagai kepentingan politik," tegasnya.
Bagi Tantowi, membangun Jakarta tidak hanya dalam pengertian fisik saja, tetapi juga sumber daya manusia.
"Pada zaman sekarang, orang tidak cukup hanya pintar saja untuk menjamin masa depannya tetapi diperlukan keahlian dan keterampilan," ujar Tantowi.
Tantowi Yahya melanjutkan, bahwa banyak orang pintar tetapi masih banyak juga yang tidak bisa mengurai kepintarannya sehingga tidak terlihat oleh orang lain.
Salahsatu cara agar orang dapat melihat kepintaran kita adalah dengan mengasah kemampuan berbicara di depan publik.
Ditanya soal apakah kedatangan Tantowi Yahya merupakan arahan dari partai yang mengusung dia. Tantowi menjawab bahwa kunjungannya ini bukan atas arahan dari siapapun tetapi semata-mata timbul dari diri sendiri. (opx)
(Ahmad Dani)