GORONTALO- Pemecatan Norman Camaru secara tidak hormat sebagai anggota kepolisian mendapat tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan, khususnya warga Gorontalo.
Bagi mantan atasan dan rekan norman di kesatuan Brimob Polda Gorontalo, Norman Camaru memang sudah selayaknya dipecat, karena sudah melanggar disiplin dan juga sudah mempermalukan kesatuan Brimob Polda Gorontalo. Sementara bagi masyarakat Gorontalo pemecatan tersebut dinilai membuat kecewa warga.
Menurut Iptu Hais Ayuwa, mantan atasan Norman di Unit Gegana Satuan Brimob Polda Gorontalo, keputusan pemecatan norman sudah sesuai kode etik di kepolisian. Bahkan menurut Iptu Hais, tindakan Norman yang absen bertugas lebih dari 30 hari tanpa alasan yang jelas, sudah sangat mempermalukan kesatuan.
Kini, pascadipecat sebagai anggota Polri, Norman Camaru asyik meniti karir keartisannya di Jakarta.
Iptu Hais mengatakan, sebagai atasan langsung Norman Camaru pada waktu itu, sebenarnya Brimob telah memberikan kesempatan kepada Norman untuk memperbaiki diri dan mengurungkan niatnya mundur dari kepolsian. Namun mereka sangat menyesal karena usaha pendekatan secara pribadi tidak membuahkan hasil dan Norman tetap bersikukuh ingin menganggalkan seragam polisinya.
Hal yang sama juga diungkapkan Briptu Noval, yang juga rekan Norman di sat Brimob. Sebagai rekan, Briptu Noval sangat menyesal dengan sikap rekannya tersebut yang tetap memiih keluar dari kepolisian dan mengingkari sumpah prajurit.
Sementara itu, dipecatnya Norman Camaru secara tidak hormat dari kepolsian juga menyisakan kekecewaan di tengah masyarakat Gorontalo. Pemecatan Norman yang telah dianggap sebagai sosok yang telah mengharumkan nama Gorontalo di tingkat nasional sangatlah menyakitkan
Meggi, warga Gorontalo mengatakan, meski kecewa, masyarakat Gorontalo pun memaklumi keputusan Norman yang ingin mundur dari kepolisian. Apalagi setelah mengetahui bahwa keinginan norman mundur dari kepolisian karena merasa dikekang oleh pihak polda dalam mengembangkan karier keartisannya.
Menurut Meggi tidak seharusnya Polda Gorontalo mengekang Norman untuk berkarir sebagai artis dan harus memberikan keleluasaan bagi Norman untuk mengembangkan talenta yang dia miliki.
(Stefanus Yugo Hindarto)