MALANG - Mitos jika wisata religi di kompleks Pasarean Gunung Kawi, Desa Wonosari, Malang, Jawa Timur, sebagai tempat mencari pesugihan, sudah melekat sejak lama, terutama di kalangan pelaku spiritual.
Ketenaran Pesarean di Gunung Kawi sudah sampai ke mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, serta China. Dari dalam negeri sendiri, sejumlah pengusaha dan para taipan juga sering berkunjung.
Di gunung setinggi 2.551 mdpl itu terdapat makam yang dikeramatkan. Berada di Desa/Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, yang mayoritas warganya adalah petani dan peternak. Selebihnya, juga ada yang mengadu nasib menjadi buruh migran.
Menanggapi hal ini, Ketua Yayasan Ngesti Gondho Pesarean Gunung Kawi, Nanang Yuwono, menergaskan, Gunung Kawi bukan tempat mencari pesugihan. "Ini yang selalu kami jelaskan kepada peziarah," kata Nanang.
Menurutnya, kabar miring bahwa Gunung Kawi sebagai tempat mencari pesugihan harus diluruskan. Ahli waris ke-4 dari Eyang Raden Mas Imam Sudjono menilai mustahil orang bisa sukses tanpa melalui proses yang panjang dan kerja keras.
"Jadi, jika ada masyarakat yang berpikiran jika Gunung Kawi adalah tempatnya mencari kekayaan dengan cepat adalah salah," ujar Nanag.
Dia menjelaskan, banyak masyarakat yang datang ke Gunung Kawi untuk minta berkah di makam Eyang Raden Mas Imam Sudjono, salah satu penyebar agama Islam di Gunung Kawi. Sehingga, sangat salah jika ada pengunjung yang ingin mencari kekayaan dengan jalan pintas di Gunung Kawi. "Di sini adalah makam seorang aulia (orang suci) dan sebagai tempat tawasul," ujar Nanang.
Kendati demikian, di kompleks makam Gunung Kawi ini tidak hanya terdapat makam seorang aulia. Namun juga tempat ritual umat Konghucu yang berada di sebelah barat makam. Sehingga para penganut Konghucu juga sering berkunjung untuk melakukan ritual di sana.
Meski berbeda keyakinan, namun masing-masing penganut keyakinan yang berbeda tetap menjalankan ajaran sesuai keyakinan masing-masing. Tak hanya itu, di areal kompleks yang berada di samping bekas kelenteng yang terbakar juga ada tempat yang berbentuk cungkup yang disebut Ciamshi, sebuah tempat untuk menitipkan nama atau meramal peruntungan terkait rezeki, jodoh, dan lainnya. Satu lokasi, berbeda ritual.
(Risna Nur Rahayu)