KAIRO - Seorang tokoh senior di Pemerintahan Presiden Mesir Mohammad Morsi, mengeluarkan pernyataan bahwa holocaust yang terjadi selama Perang Dunia II adalah sebuah mitos belaka. Menurutnya, holocaust itu hanyalah bentuk perpindahan warga Yahudi Eropa ke Amerika Serikat (AS).
"Enam juta warga Yahudi yang terbunuh oleh Hitler pada dasarnya pindah ke Amerika. Holocaust hanyalah sebuah mitos yang diciptakan oleh Amerika Serikat," ujar Fathi Shibab-Eddim, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (31/1/2013).
"Pihak intelijen AS bekerja sama dengan sekutunya dalam Perang Dunia II menciptakan itu (Holocaust), untuk menghancurkan citra dari lawannya di Jerman. Hal ini juga dilakukan untuk membenarkan perang dan menimbulkan kerusakan besar terhadap fasilitas sipil dan militer dari musuh, terutama untuk membenarkan serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki," lanjutnya.
Pandangan Shibab-Eddim ini menunjukkan bahwa Pemerintah Mesir menolak mengakui peristiwa Holocaust. Hal ini sebelumnya juga dilontarkan oleh Iran.
Klaim ini dianggap bisa merusak upaya Presiden Morsi untuk mengupayakan hubungan baik dengan Israel. Namun pihak LSM Simon Weisenthal Center yang selama ini melawan sikap anti-semit atau anti-Yahudi, menilai sikap Shibab-Eddim menunjukkan jalan pikir yang berbahaya.
"Jelas sekali, jika seseorang memiliki cara pikir seperti itu maka hal itu menunjuk sikap yang berbahaya. Tetapi kenyataan menyedihkan, pandangan seperti ini amat lazim ditemukan di dunia Arab," jelas Direktur Simon Wiesenthal Center Efraim Zuroff.
Komentar anti-Yahudi ini bukan pertama kalinya dilontarkan oleh kalangan Pemerintahan Mesir. Awal bulan ini, Gedung Putih mengecam ucapan Presiden Morsi yang mengatakan, Yahudi adalah keturunan monyet dan babi. Tetapi ucapannya itu dilontarkannya tiga tahun lalu, ketika belum naik menjadi Presiden Mesir.
(Fajar Nugraha)