JAKARTA - Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho, menilai puisi yang dibuat mantan Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Susno Duadji di Lapas Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, merupakan bentuk kegalauan purnawirawan jenderal bintang tiga itu.
"Dia seperti seniman gagal, mungkin mengeluarkan bakatnya yang terpendam dan dia seperti orang galau. Dulu mana pernah membuat puisi," kata Emerson di Gedung Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (6/5/2013).
Emerson pun mengapresiasi karya Susno yang berjudul "Bulan Bintang". Namun, dia juga mempertanyakan cara penyebaran puisi yang dibuat oleh Susno hingga menyebar di masyarakat.
"Justru bagus Pak Susno buat puisi, dari pada dia bikin keributan. Tapi kita tidak bagaimana puisi itu bisa menyebar," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Susno Duadji mengeluarkan isi hatinya. Dari balik jeruji mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu mencurahkan isi hati dengan menulis puisi berjudul "Bulan Bintang".
Berikut puisi Susno yang beredar luas melalui pesan BlackBerry Messenger (BBM).
Hitungan tarikh memang relatif pendek aku berada di keluarga yang sangat ku cintai ini,
Memang aku baru datang tapi aku bukan pendatang baru, jiwaku sudah terpatri pada BULAN dan BINTANG sejak dahulu kala,,, sejak aku belum kenal politik,
Ayah dan keluarga ku penganut panatik ideologi BULAN BINTANG, beliau Masyumi sejati,
Tegakan hukum, tegakan kebenaran dan keadilan adalah garis perjuangan partai ku. Karena itulah pokok persoalan yang menyebabkan negeri ini terpuruk dan sulit untuk bangkit,
Bulan Bintang sangat mencintai negeri ini, Bulan bintang akan sangat marah dan sedih,,,,,, sedih , Manakala hukum dipelintir, manakala hukum ditafsirkan demi kepentingan kaum pemegang kekuasaan dan penegak hukum itu sendiri,
Betapa mudah menghukum dan menghancurkan karir seseorang dinegeri yang katanya "berazas" kan hukum ini, mudah ,,,,dan gampang sekali, Jauh lembih gampang dari pada menghukum pencuri sendal jepit, bahkan lebih mudah dari menghukum pencuri jemuran celana dalam,
Caranya ,,,
Cukup dengan "kekuasaan " dan ,,
"arogansi"
Manakala kedua kesaktian itu sudah bertemu, tamat riwayatnya karir dan kemerdekaan seseorang, Mudah sekali, bukan ?
Sebagai kader BULAN BINTANG sejati,
Aku tak takut hal itu,
Aku rela dibui,
Bahkan aku rela mati
demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan sejati, Aku di bui, bukan aku menyerah.
Bukankah kita sebagai manusia adalah khalifah di muka bumi ?
Bukankah Allah Swt sangat benci akan ketidakadilan, Allah SWT membenci kezoliman.
Ya Allah ,,,
mereka merampas kemerdekaanku dengan dalih "menegakan" hukum, Ya Allah.,,, mereka sangat kuat,,,, Tapi ,,, tapi aku sangat percaya bahwa ALLAH SWT Maha Kuat,, Ya ALLAH tunjukan kepada mereka yg zolim bahwa ENGKAU Maha Kuat, Aamiin YA Rabb.
Hanya kepada MU sebaik-baiknya aku meminta pertolongan.
Jakarta,
Hari pertama aku dipenjarakan. (SD)
(Dede Suryana)