SUKOHARJO - Ada kemiripan antara lokasi ziarah Makam Ki Ageng Balak di Sukoharjo dan Gunung Kemukus di Sragen, yakni terdapat sejumlah bangunan seperti lokalisasi. Bedanya, peziarah Gunung Kemukus melakukan hubungan intim secara terbuka karena sebagai syarat ritual, sedang ziarah di Makam Ki Balak tanpa ritual seks.
Berdasarkan pantauan, deretan bangunan tersebut berjejer tepat di jalan masuk menuju Makam Ki Balak. Pada siang hari, bangunan semi permanen yang memiliki banyak pintu tersebut terlihat sepi dan pintu-pintunya tertutup rapat.
"Biasanya ramainya menjelang malam. Kondisinya tidak ramai seperti biasa, soalnya sekarang lagi musim hujan. Kadang seharian juga hujan, makanya jarang yang keluar," ujar Yuni, pemilik warung di sekitar makam.
Lurah Desa Mertan sekaligus salah satu juru kunci makam Ki Ageng Balak, Heru Purnomo, membenarkan rumah-rumah tersebut dihuni oleh pekerja seks komersil (PSK). Jumlahnya tidak sebanyak di Gunung Kemukus dan mereka menjajakan diri tidak terang-terangan.
"Keberadaan (PSK) itu tidak terkait dengan prosesi ziarah atau ritual ziarah di sini, tidak sama seperti di Kemukus. Tidak ada kaitannya dengan makam," ungkapnya.
Para PSK di tempat itu rata-rata perempuan yang sudah lama berkecimpung dengan pekerjaan tersebut. Mereka kebanyakan pendatang yang menyewa bangunan kecil tersebut seharta Rp150 ribu per bulan.
"Seperti ada gula ada semut, di mana ada keramaian pasti ada saja yang menarik orang demi mengais rezeki. Kami tidak menyembunyikan, kenyataan para PSK itu memang ada," jelasnya.
Menurutnya, jumlah PSK di sana juga tidak bertambah sejak lama, karena lokasi yang cukup sempit. "Tempatnya sudah penuh, jadi tidak mungkin akan terjadi penambahan penghuni lagi. Penghuninya ya hanya itu-itu saja," tambahnya.
Menurutnya, sudah beberapa kali berlangsung razia namun nihil hasil. Pasalnya, para penghuni lapak lebih dulu mengetahui kedatangan petugas, sehingga bisa melarikan diri. "Kondisi di sini kan terbuka, jadi saat ada patroli datang bisa langsung kelihatan," pungkasnya.
(Risna Nur Rahayu)