JAKARTA - Tepat hari ini, 11 Maret 49 tahun yang silam, jalannya republik mengalami transisi besar. Perubahan kekuasaan yang juga arah masa depan bangsa dari pemerintahan presidensial Soekarno kepada Soeharto.
Titik balik transisi itu tentu tak lain lewat lembaran-lembaran surat mandat yang buat kita - bangsa Indonesia, mengenalnya dengan Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar. Surat mandat yang saat ini masih misterius pula keberadaannya.
Lahirnya Supersemar memang tak bisa luput dari kaitannya terhadap peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang memakan korban sejumlah pejabat teras Angkatan Darat, setahun sebelumnya 1965.
Soeharto yang kala itu selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), muncul jadi ujung tombak pemberantasan para antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI), sebagai respons dari berbagai penculikan Jenderal TNI (anumerta) Ahmad Yani dkk.
Sebagai pengingat, kronologis lahirnya Supersemar versi resmi dari berbagai sumber, diawali munculnya banyak “pasukan liar”. Belakangan diketahui bahwa pasukan yang tak dikenal itu adalah Pasukan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang dikomandoi Mayor Jenderal Kemal Idris.