Arab Saudi Tawarkan Yaman Gencatan Senjata Lima Hari

Pamela Sarnia, Jurnalis
Jum'at 08 Mei 2015 07:18 WIB
John Kerry (Kiri) dan Adeil Jubeir (Kanan) (Foto: CBS)
Share :

RIYADH - Arab Saudi menawarkan gencatan senjata selama lima hari demi alasan kemanusiaan di Yaman. Tawaran ini diberikan setelah Arab Saudi melancarkan serangan udara melawan milisi Houthi dan pasukan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh di Yaman beberapa pekan terakhir.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar (Menlu) Negeri Arab Saudi Adel Jubeir dalam konferensi pers bersama Menlu Amerika Serikat (AS) John Kerry di Riyadh, Kamis 5 Mei 2015. Namun, Jubeir menegaskan gencatan senjata bergantung kepada milisi Houthi dan sekutu mereka.

"Penghentian ini akan berlangsung di Yaman selama lima hari. Tanggal dimulainya akan diumumkan dalam waktu dekat, bersamaan dengan pengumuman persyaratan gencatan senjata. Semua bergantung pada Houthi dalam mematuhi syarat gencatan senjata," kata Jubeir kepada Reuters, Jumat (8/5/2015).

Ratusan warga sipil tewas dalam serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Pasukan koalisi menyerang Houthi sejak 26 Maret 2015. Serangan tersebut bertujuan untuk mengusir milisi Houthi dari daerah yang mereka kuasai dan memulihkan kekuasaan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi.

Pertempuran dan embargo senjata yang dilancarkan koalisi menyebabkan kekurangan pangan, kelaparan, dan keterbatasan bahan bakar. Dampak yang ditimbulkan memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman dan telah menyadarkan dunia atas krisis yang terjadi.

Kerry menyambut tawaran gencatan Arab Saudi. Dalam pertemuannya dengan Arab Saudi, AS, dan Arab Saudi tidak membahas soal pengerahan pasukan darat ke Yaman.

Sebelumnya, keinginan pengerahan pasukan darat ke Yaman disampaikan Duta Besar Yaman untuk Pasukan Bangsa-Bangsa (PBB) Khaled Alyemany melalui surat kepada Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, Rabu 6 Mei 2015.

(Pamela Sarnia)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya