Prostitusi Korea Selatan: PSK Perempuan Ilegal, Gigolo Bebas

Silviana Dharma, Jurnalis
Selasa 12 Januari 2016 08:00 WIB
PSK di Korea Selatan menggelar protes terhadap penggerebegan polisi. (Foto: Reuters)
Share :

2. Menginspirasi perdagangan seksual di bawah umur

Data statistik berbeda ditunjukkan oleh Asosiasi Feminis Korea, angka PSK menembus satu juta orang. Ini berarti satu dari 25 perempuan di Korsel adalah perempuan bayaran. Mereka menjual tubuh mereka kepada rakyat sipil hingga tentara Amerika Serikat yang menjalani pelatihan militer bersama di pangkalan militer Korsel. Di kalangan militer AS, PSK Korsel dipanggil dengan sebutan Yang Gongju atau putrinya orang barat. Julukan ini digunakan untuk membedakan mereka dengan Wi Anbu atau jugun ianfu, budak seks tentara Jepang.

Secara mengejutkan, perdagangan seks di negara ini juga terjadi pada anak-anak berusia belasan tahun, masih duduk di bangku sekolah dan ini berarti mereka masih di bawah umur. Maraknya peredaran PSK usia belia di Korsel, dikabarkan menginspirasi dan meningkatkan permintaan seks serupa di Asia, Eropa hingga benua Amerika.

Al-Jazeera melaporkan, sedikitnya 200 ribu anak muda usia 15 tahun ke atas di Korsel kabur dari rumah dan menjual dirinya demi bertahan hidup.

3. Sudah nenek-nenek tetapi masih menjajakan seks

Ajaran Konfusius termasuk yang paling didalami oleh para penduduk Korsel. Dimana penghormatan kepada orang tua harus dijunjung tinggi. Anak-anak seharusnya menjaga dan menyokong mereka saat tua. Ironisnya, negara ini malah menjadi negara yang paling menelantarkan orang tua mereka. Kebanyakan anak-anak pindah ke kota mencari kehidupan yang lebih baik dan bekeluarga di sana, sementara orangtua ditinggal di pedesaan. Di kota besar pun mereka terancam menghabiskan hari tua di rumah sakit atau panti jompo tanpa ada sanak saudara yang mengunjungi.

Prostitusi yang dijalani para perempuan berusia 60-90 tahun marak ditemui di kawasan Jongmyo Park dan Piccadilly Plaza di Seoul. Bayaran mereka jauh lebih murah dibandingkan PSK muda. Jika perempuan muda bisa dibayar hingga 200 ribu sampai 300 ribu won atau sekira dua hingga tiga jutaan rupiah, mereka hanya bisa memperoleh 10 ribu won atau Rp115 ribu.

Mereka juga memiliki kode panggilannya sendiri yang membedakan dengan PSK perempuan muda, yaitu ‘Bacchus Ladies’ atau ‘Coffee women’. Sebab biasanya mereka menuangkan minuman bagi pelanggannya sebelum melayani nafsu mereka.

Disitat dari Japan Times, antara tahun 2013 sampai 2014 saja tercatat peningkatan jumlah Bacchus ladies dari 300 jadi 400 orang di kawasan Jongno saja. Sementara ratusan lainnya diyakini tersebar di seluruh penjuru negeri.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya