KENDATI beberapa wilayahnya masih terus dirongrong kelompok Taliban dan teroris Al-Qaeda yang acap bikin ulah, bukan berarti geliat kehidupan “hitam” yang berbalut bisnis ‘esek-esek’ di Pakistan serta-merta lenyap.
Sejatinya seperti di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, pemerintah Pakistan menyatakan bisnis seks merupakan hal yang tabu. Meski demikian, para pekerja seks komersial (PSK) jalanan, rumah-rumah bordil hingga eksistensi mucikari tetap ada – tidak secara terselubung, melainkan terbuka.
Ya, politisi Pakistan sendiri seolah tutup mata akan masalah prostitusi. Sementara sebagian besar polisi di Pakistan, justru ikut menerima suap dari para mucikari dan bos-bos rumah bordil agar tak dirazia, lantaran gaji polisi di Pakistan pun relatif memprihatinkan.
Awal geliat prostitusi di Pakistan, tak lepas dari kebijakan Inggris saat masih mencengkeram Asia Selatan (India dan Pakistan). British Raj atau Kemajarahaan Inggris di Asia Selatan, justru banyak mendirikan rumah bordil dan menyediakan PSK untuk para tentara Inggris di Kota Tua Lahore.