Pengalaman berbeda dirasakan Yanuar. Sejak bergabung akhir 2012 lalu dia lebih banyak bertugas di lapangan. Seringnya dia berjaga di sepanjang Malioboro membuat dirinya banyak mengenal dekat warga Malioboro, baik yang bekerja sebagai pedagang, jukir penarik becak maupun penjaga toko. Dia juga banyak mendapatkan kenalan dari pengunjung yang meminta bantuan petugas Jogoboro.
“Jadi nambah banyak sedulur, kebanyakan malah dari wisatawan. Banyak pengetahuan juga karena latar belakang mereka berbeda-beda,” ujar dia.
Petugas Jogoboro lainnya, Bustami merasakan hal serupa. Sejak 2011 bertugas di Malioboro dia mengaku menikmati setiap kali terjun ke lapangan. Bertemu banyak orang, ngobrol dengan warga Malioboro dan mengenal banyak karakter manusia dianggapnya menjadi keasyikan tersendiri.
Meskipun begitu dia sedikit galau kala bulan Agustus hingga Desember tiba. Di masa-masa itu jumlah wisatawan mancanegara akan melonjak. Menyenangkan namun juga dianggap momok oleh petugas Jogoboro. Pasalnya menurut Bustami mereka belum dibekali kemampuan bahasa Inggris yang memadai.
Padahal para wisatawan asing lebih percaya saat bertanya pada petugas berseragam ketimbang sembarang orang. Bustami mengakui mereka pernah mendapatkan pelatihan bahasa Inggris. Namun hal itu tak rutin dilakukan sehingga kemampuan mereka tak pernah berkembang.