JAKARTA – Gatot Soeharto, ketua Tim Dokter Forensik Autopsi Jenazah tersangka teroris asal Klaten, menjelaskan secara ilmiah alasan jenazah Siyono mengalami penyimpangan pembusukan. Autopsi sendiri dilakukan 21 hari setelah kematiannya. (Baca Juga: Autopsi Siyono Bentuk Kasih Sayang Muhammadiyah kepada Polri)
"Ada hal yang perlu diketahui bahwa ada informasi di luar, di mana jenazah ini (Siyono) merupakan keistimewaan dari penyimpangan pembusukan. Saya sampaikan secara akademis, ada ilmunya, ada penyimpangan safonifikasi, ada juga yang kita ketahui tempat kering terjadi mumifikasi, di mana mayat tidak rusak. Safonifikasi mayat tidak rusak inilah yang menolong kita untuk melihat kembali dari fisik tersebut (autopsi)," kata Gatot di Kantor Komnas HAM, Senin (11/4/2016).
Hasil kegiatan autopsi yang dilakukan 3 April 2016 tersebut telah disampaikan oleh 10 anggota tim dokter, sembilan di antaranya berasal dari Universitas Muhammadiyah dan satu dari Polri yakni Polda Jawa Tengah. (Baca Juga: Keukeuh Autopsi, Keluarga Siap Tinggalkan Desa Sambil Bawa Jasad Siyono)
"Hasilnya sudah kita sampaikan secara profesional dan proporsional berdasarkan rambu-rambu profesi kita. Bahwa ada temuan yang bersifat entravital di mana terjadi sewaktu masih hidup ada kekerasan di tubuhnya. Kemudian itu temuan mata ditingkatkan ke pemeriksaan laboratorium yakni mikorkopis. Inilah yang disampaikan temuan mikrokopis juga mendukung (kekerasan)," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)