WASHINGTON DC – Khawatir akan keselamatan warganya di selatan Filipina dan ditakutkan akan jadi korban penculikan militan Abu Sayyaf berikutnya, Amerika Serikat (AS) dan Inggris merilis “travel warning” atau peringatan perjalanan ke Filipina.
Negeri Paman Sam dan Inggris secara khusus, mengimbau para warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Filipina, khususnya ke area Mindanao jika tidak ada urusan yang terlalu penting.
“Ancaman dengan level tinggi terkait penculikan terhadap turis internasional, meningkatkan ancaman penculikan dan kekerasan di lautan terhadap kapal-kapal kecil yang berhubungan dengan terorisme,” ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS.
Sementara otoritas Inggris juga mengeluarkan peringatan senada. “Tingginya ancaman terkait terorisme (di Filipina), termasuk penculikan,” timpal otoritas Inggris, sebagaimana dikutip Gulf Today, Minggu (24/4/2016).
Hingga saat ini, masih terdapat sejumlah warga asing yang diculik dan ditawan militan Abu Sayyaf, termasuk 14 warga negara Indonesia (WNI).
Dampaknya, pemerintah Indonesia pun untuk sementara melarang kapal-kapal berbendera Indonesia untuk berperjalanan dari dan menuju Mindanao.
Di sisi lain, Indonesia terus mendorong rencana patroli maritim bersama antara Indonesia, Malaysia dan Filipina. Dicanangkan pada 3 Mei 2016 mendatang, Indoensia akan mengundang para Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia dan Filipina ke Jakarta untuk membahas proposal tersebut.
“Kami tidak ingin melihat area ini (Kepulauan Sulu) menjadi Somalia baru,” cetus Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan.