RIYADH – Wakil Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman al Saud mengatakan negaranya belum siap untuk menghapus larangan menyetir bagi perempuan. Menurutnya, norma yang berlaku di komunitas di negara padang pasir itu belum yakin untuk membiarkan perempuan untuk menyetir.
“Larangan menyetir bagi perempuan bukanlah masalah yang terkait dengan agama melainkan masalah yang berhubungan dengan komunitas di Arab Saudi sendiri yang berada di antara menerima atau menolak,” katanya sebagaimana dilansir Independent, Jumat, (29/4/2016).
Dia mengatakan bahwa komunitas di Arab Saudi masih berpikir mengizinkan perempuan untuk mengendarai mobil akan memberikan konsekuensi negatif.
Pria yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Arab Saudi itu sebelumnya pernah mengindikasikan dirinya sebagai pendukung perluasan hak-hak perempuan. “Kami percaya perempuan memiliki hak dalam Islam yang belum mereka dapatkan,” ujarnya.
Ketika ditanya mengenai rendahnya jumlah perempuan yang bekerja di Arab Saudi, Pangeran Mohammed mengatakan bahwa semua itu membutuhkan waktu. Dia mengatakan setuju perempuan yang bekerja akan menambah produktivitas di negara itu dan dapat mengatasi masalah pertambahan populasi.
“Sejumlah besar perempuan di Arab Saudi terbiasa dengan fakta mereka tinggal di rumah. Mereka tidak terbiasa menjadi perempuan bekerja. Semua hanya butuh waktu,” kata Pangeran Mohammed.
Arab Saudi dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki aturan ketat mengenai hak-hak perempuan.
Pada masa pemerintahan raja sebelumnya, Raja Abdullah, perempuan sedikit demi sedikit mulai diberikan hak-hak yang lebih banyak. Sebelum mangkat pada Januari 2015, sang raja sempat membuka universitas dengan kegiatan belajar mengajar bersama laki-laki dan perempuan, mengangkat wakil menteri perempuan pertama, dan mengizinkan perempuan untuk memberikan suaranya.
(Rahman Asmardika)