MANILA – Dalam sebuah konferensi pers di kantornya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Filipina Perfecto Yasay menyatakan telah menolak proposal China untuk berdialog soal sengketa Laut China Selatan (LCS). Menurutnya, hasil persidangan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) di Den Haag yang diumumkan pekan lalu merupakan hal yang tidak bisa dinegosiasikan lagi.
“(Menlu China) meminta kepada kita untuk membuka diri dan melangsungkan negosiasi bilateral, tetapi di luar atau (secara tidak langsung menyiratkan) dengan mengabaikan putusan arbitrase. (Permintaan) ini adalah sesuatu yang saya katakan kepadanya tidak bisa diterima, karena tidak sejalan dengan konstitusi dan kepentingan nasional kami,” tegas Yasay, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/7/2016).
China sendiri sudah menegaskan sejak jauh-jauh hari bahwa apa pun keputusan dari pengadilan internasional tersebut tentang status kedaulatan mereka di LCS, tidak akan dituruti. Mendengar hasil keputusan PCA yang mengabulkan tuntutan Filipina, Negeri Tirai Bambu pun geram dan mengumumkan pelatihan militer yang akan dimulai hari ini hingga Kamis 21 Juli 2016.
(Baca juga: China Adakan Latihan Militer, LCS Ditutup Tiga Hari)
Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA-AF) bahkan telah menerbangkan pesawat pengebom (bomber) H-6K berkemampuan nuklir di atas Scarborough Shoal, pulau di Laut China Selatan yang disengketakan, pada Senin 18 Juli. Manuver China ini terjadi tiga hari setelah putusan Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA) keluar pada 12 Juli.
(Baca juga: China Terbangkan Bomber Nuklir H-6K di Laut China Selatan)
Yasay dan kompariotnya di China, Menlu Wang Yi, bertemu pada kesempatan KTT Asia-Eropa (ASEM) di Ulan Bator, Mongolia, pada akhir pekan lalu. Dalam pertemuan singkat tersebut, Yasay menegaskan bahwa prioritas Filipina adalah menegosiasikan hak para nelayan mereka untuk mengambil sumber daya laut di LCS di Scarborough Shoal dikembalikan.
Sementara persoalan lain terkait implementasi putusan-putusan PCA lainnya di kawasan perairan tersebut ke depannya akan diselesaikan satu per satu.
(Silviana Dharma)