Kabar itu, diterimanya saat memasuki awal bulan Ramadan lalu. Menerima informasi itu, membuat dirinya senang lantaran sudah menjadi mimpinya sejak lama untuk menginjakan kaki di tanah kelahiran Rasulullah SAW.
"Kita menunggu apakah kita dapat kuota haji atau tidak. Dan saat Pengumumannya, awal Ramadan kemarin, ternyata kita dapat. Dan segera mempersiapkan untuk keberangkatan tanggal 18 Agustus 2016," ujarnya.
Tiba Jadwal Keberangkatan ke Tanah Suci
FSL dan Suami, terbang menuju Filipina dan dijadwalkan untuk berangkat ke Tanah Suci pada pukul 18.00 waktu bagian Filipina, 18 Agustus 2016. Setibanya di negara itu, dia bersama rombongan mengikuti arahan dari pihak travel masing-masing. Sampai akhirnya mereka mendapatkan dokumen-dokumen haji yang diberikan oleh travelnya dan merasa yakin siap untuk diberangkatkan ke Madinah.
"Setelah berbagai proses, kita langsung dapat kuota haji Filipina dan tanggal 18 Agustus kita berangkat. Jadwalnya pukul 18.00 waktu Filipina itu kita naik pesawat langsung ke Madinah. Ternyata enggak gitu," tuturnya.
Setelah pengumpulan paspor Indonesia, saat itu kejanggalan dimulai, menurut ibu dari tiga anak itu, jemaah calon haji malah harus menunggu tanpa kejelasan hingga pukul 22.00 waktu setempat.
"Setelah itu enggak kelihatan. Sampai pukul 22.00 malam bertanya-tanya berangkat jam berapa. Tiba-tiba mereka datang langsung menyuruh kita ke bus," ucap FSL.
Padahal, seluruh petunjuk dari pihak travel pun mereka ikuti. Sampai di bandara Filipina, mereka dibagikan dokumen-dokumen keberangkatan haji berikut paspor Filipina. "Semuanya asli. Sebelum masuk ke pesawat itu kita sudah cek in segala macem lah," tambahnya.
Namun nahas, saat melakukan pemeriksaan terakhir di Bandara Filipina. Pihak imigrasi menahan ratusan jemaah tersebut lantaran kecurigaan administrasi yang dimiliki para WNI itu.
Saat ditahan pihak Imigrasi Filipina, salah seorang petugas menanyakan kepada jamaah asal Indonesia ini apakah mereka bisa berbahasa Tagalog. Apes, tak ada satupun dari 177 WNI itu yang menguasai bahasa Tagalog.
"Kita pertama kali ditanya apakah ada yang bisa bahasa Tagalog, ternyata enggak ada yang bisa. Akhirnya jadi ditahan. Kamu bisa bahasa Filipina? Siapa Presiden Filipina sekarang?," cerita FSL sembari menahan kesedihannya.
Merasa cemas dan khawatir, FSL akhirnya menegaskan ke perwakilan agen travel yang bersama dirinya untuk jujur dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Pada akhirnya saya minta kepada ketuanya untuk jujur saja bilang katakan sejujurnya karena saat ini terdesak. Jangan sampe nanti runyam," ungkap dia.
Setelah kejadian itu, akhirnya FSL dan ratusan jemaah lainnya baru tersadar bahwa mereka sudah ditipu dan harus menelan pil pahit batal untuk berangkat ke Tanah Suci. Mereka pun harus rela ditahan oleh pihak Imigrasi Filipina.
Sebelum dijemput oleh pihak KBRI untuk Filipina, ratusan jemaah itu meski mendekam di balik jeruji besi. Meskipun, hanya para pria yang dipenjara dan para wanita diletakkan disebuah aula dekat rumah tahanan, itu merupakan pengalaman pahit yang tak bisa dilupakan seumur hidup.
Akhirnya, setelah mendekam 10 hari di hotel prodeo, para WNI itu dijemput dan dipindahkan ke kantor KBRI.
(Feri Agus Setyawan)