Tidak hanya dukungan lisan, Bung Tomo pun memberi sokongan materil. Baik yang bersifat sarana dan prasarana, hingga jaminan kebutuhan perut.
Kemudian sebagai “peresmian” dukungan itu, Bung Tomo mengajak para pimpinan TKR Oedara Malang dengan para perwira TKR Divisi VIII. Intinya, mengukuhkan keberadaan TKR Oedara Malang di bawah pimpinan Imam Soepeno dan Hanandjoeddin.
Di lain pihak, perundingan itu juga mengharuskan TKR Oedara Malang secara bergiliran mengirimkan pasukan bantuan ke front Surabaya. Nah, dalam pemenuhan hasil perundingan itulah, sejumlah pejuang Surabaya dan Malang sempat digegerkan dengan hadirnya sepasukan berseragam batik, sebagaimana yang diceritakan di atas.
Memang jumlah mereka tidak banyak. Tapi dengan taktik gerilya hit and run meski skalanya kecil, setidaknya anak-anak TKR Oedara Malang mampu merepotkan sekutu dan NICA. Kehadiran dan peran mereka sekaligus turut mendongkrak spirit para petarung kemerdekaan lainnya, walau pada akhirnya Kota Surabaya tetap dikuasai sekutu.
(Randy Wirayudha)