MAKASSAR - Sekitar 1200 warga eksodus Timor Leste masih hidup terkatung-katung di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Barat (Sulbar). Selama 16 tahun menempati lahan transmigrasi, kelayakan hidup mereka masih "berjarak" dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut data KontraS Sulawesi, para eksodus tersebut tersebar di kecamatan Malili kabupaten Luwu Timur Sulsel dan kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah Sulbar.
“Mereka datang saat sengketa referendum Timor Leste 1999, gelombang pertama datang di tahun 1999 dan gelombang kedua pada tahun 2000. Mereka mengungsi saat rusuh berdarah referendum Timor Leste. Hingga sekarang kehidupan ribuan eksodus tersebut masih dalam taraf menengah ke bawah,” ungkap Nasrum, Kordinator KontraS Sulawesi saat ditemui di salah satu Warkop Makassar, Jumat (16/9/2016).
Sejak mendampingi eksodus Timor Leste di dua provinsi Sulawesi itu, KontraS menemukan beberapa persoalan krusial. Di antaranya, status lahan yang belum jelas dan pelayanan dasar yang belum terpenuhi.
"Sudah 16 tahun menempati lahan, tetapi sekitar 500 jiwa eksodus Timor Leste di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur, sampai saat ini belum memiliki kejelasan alas hak, baik itu SPPT, PBB dan sertifikat. Ribuan eksodus lainnya, rata-rata susah mengakses pelayanan kesehatan, air bersih untuk konsumsi rumah tangga juga belum ada sampai saat ini,” tambah Nasrum.