Mengele hanya cukup berteriak "Kanan" dan "Kiri" untuk menentukan nasib para barisan pesakitan tersebut.
Berniat untuk mengembangkan karir medisnya, Mengele kemudian menerbitkan terobosan baru di dunia kesehatan dengan melakukan eksperimen pada tahanan Yahudi. Dengan kedok 'pengobatan', ia menyuntikan bensin dan klorofom pada ribuan tahanan guna mempelajari efek bahan kimia pada manusia.
Kekejaman lain dari sang malaikat maut yaitu, ia tak segan mempreteli mayat para tahanan. Mengele pernah mencabut mata mayat Gypsy guna mempelajari pigmentasi mata. Tak berhenti disitu ia juga melakukan berbagai penelitian mengerikan lainnya.
Ketika perang berakhir, Mengele berhasil melarikan diri dari penjara. Ia kemudian bekerja sebagai perawat kuda di sebuah peternakan di Bavaria. Setelah itu Mengela terbang ke Benua Amerika dan menjadi menjadi warga negara Paraguay pada 1959. Tak lama di Paraguay, Mengele kemudian pindah ke Brasil, di mana ia bertemu dengan mantan anggota Nazi lainnya, Wolfgang Gerhard.
Pada 1985, sebuah tim multinasional ahli forensik melakukan perjalanan ke Brasil untuk mencari Mengele. Mereka kemudian menemukan catatan seorang pria bernama Gerhard meninggal karena stroke saat berenang pada 1979. Tim tersebut melakukan investigasi berdasarkan catatan gigi dan menemukan kecocokan bahwa kematian atas nama Gerhard tersebut merupakan sang dokter malaikat maut, Josef Mengele. (rav)
(Rifa Nadia Nurfuadah)