Secara akademis, Han-sol punya prestasi yang gemilang. Sayang, terkadang niatnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya terganjal statusnya sebagai warga negara Korut. Pada 2011, di usianya yang baru menginjak 16 tahun, Han-sol yang telah diterima untuk berkuliah di Li Po Chun World College, Hongkong, harus mengurungkan niatnya untuk bisa berkuliah di tempat itu. Visa pelajarnya ditolak oleh pemerintah Hongkong. Apa lagi penyebabnya kalau bukan satusnya sebagai WN Korut.
Sorotan media yang dianggapnya cukup berlebihan itu juga dipercaya Han-sol cukup memengaruhi kehidupannya sebagai pelajar. Saat hendak mengikuti program United World College di Mostar, Bosnia-Herzegovina, aplikasi visanya sempat dibekukan setelah media-media Korea Selatan membuatnya menjadi pusat perhatian.
Padahal, Han-sol begitu bersemangat mengikuti program tersebut. Saat diwawancara untuk program itu, Han-sol yang dikenal sebagai sosok periang dan mudah bergaul mengaku sangat senang berteman. Dengan mengikuti program tersebut, dia berharap bisa punya banyak teman lagi.
Disinyalir, dia ingin punya banyak teman karena sejak kecil hidup terisolasi. Ayahnya yang dibuang sang kakek terpaksa tinggal jauh dari kampung halaman. Itu juga yang membuat Han-sol tidak punya banyak teman di kampung halamannya. Tapi, di luar Korut, seperti Makau, dia dengan senang hati bisa berteman dengan teman-teman dari seluruh dunia. Di tempat itu, dia bisa bergaul dengan teman dari Korea Selatan dan Amerika Serikat yang merupakan musuh Korut.
"Sepertinya kami sudah menjadi teman baik pada akhirnya. Itu muncul begitu saja karena rasa penasaran individu masing-masing," ungkapnya.