JAKARTA - Dinas Bina Marga DKI Jakarta mengeluhkan masih ada genangan di sejumlah ruas jalan di Ibu Kota. Kepala Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga DKI Jakarta Suko Wibowo mengatakan, sejak Januari Februari lalu tercatat ada 28.000 titik jalan berlubang yang telah dibenahi Dinas Bina Marga bersama pasukan kuningnya di lima wilayah Kota Jakarta. Sebab genangan menjadi penyebab utama jalan kembali rusak meski baru diperbaiki. Namun, penanganan dengan sistem tambal sulam tersebut bersifat sementara sebab saat ini curah hujan masih terjadi di Jakarta.
Suko memastikan, seluruh jalan berlubang yang sudah ditangani sementara tersebut akan diperbaiki secara permanen ketika musim kemarau tiba. Penanganan permanen tunggu curah hujan habis. Alasannya karena aspal rentan terhadap air. ”Kalau kita kerjakan sekarang, kena hujan jebol. Kecuali beton kedap air,” kata Suko seperti dikutip dari Koran Sindo Minggu 5 Maret 2017.
Menurut Suko, penyebab utama kerusakan jalan ini adalah genangan akibat saluran air tidak berfungsi maksimal. Penyebab lainnya, galian utilitas dan beban berat kendaraan yang melintas. Dari hasil pengamatan di lapangan, kerusakan yang banyak ditemukan yakni lubang dengan diameter 1-2 meter dan kedalaman sekitar 10 sentimeter (cm). Menurut dia, kerusakan bergantung kondisi lalu lintas dan status jalan. Misalnya di jalan arteri yang kondisinya padat itu ratarata kerusakan berdiameter 10- 20 cm dengan kedalaman 5 cm.
”Kalau di jalan dengan lalu lintas yang padat, pengerjaan kita lakukan malam hari. Pengerjaan memakan waktu hanya seperempat sampai satu jam paling lama . Tapi, lubangnya banyak sekali. Satu ruas jalan bisa sampai 20 lubang. Kalau lubang berdekatan, sekalian kita tambal patching,” kata dia.
Berdasarkan data yang dihimpun, hampir setiap tahun Dinas Bina Marga DKI Jakarta mendapatkan anggaran perbaikan jalan rusak sekitar Rp300-400 miliar. Pola penanganannya pun hampir sama. Perbaikan yang bersifat sementara dilakukan dengan cara tambal sulam. Sedangkan perbaikan permanen dilakukan secara menyeluruh dengan mengaspal kembali ataupun betonisasi bagi tempat yang dinyatakan kerap tergenang. Pada 2016 penanganan permanen dilakukan dengan sistem recycling atau mengupas lapisan aspal hingga bagian fondasi dan kembali menatanya.