DELAWARE – Mahasiswa Delaware, Otto Warmbier, meninggal setelah enam hari dibebaskan dari hukuman kerja rodi 15 tahunnya di Korea Utara. Banyak orang bersimpati dengan apa yang baru saja terjadi pada pemuda berusia 22 tahun itu.
Namun, seorang profesor di University of Delaware memiliki tanggapan yang berbeda. Kathy Dettwyler justru bercuap di Facebook-nya bahwa Warmbier sudah mendapatkan balasan yang setimpal.
Seperti disunting dari BBC, Rabu (28/6/2017), pengajar antropologi tersebut menggambarkan Warmbier seperti kebanyakan pemuda kulit putih yang kaya dan tak peka di Amerika Serikat.
“Orang yang sama dengan anak-anak yang merengek soal nilai karena merasa tidak butuh membaca dan belajar untuk bisa meraih nilai yang bagus,” ketusnya.
Dettwyler juga mengkritik cara orangtua Warmbier mendidik. Menurutnya, mereka sudah membiarkan pemuda itu tumbuh dengan pemikiran bahwa dia bisa melakukan dan mendapatkan segala yang diinginkan.
“Mungkin dia bisa berbuat sesukanya di AS, tetapi tidak begitu di Korea Utara. Dan tentunya, orangtua Otto lah yang akan menebus kesalahan ini sepanjang sisa hidup mereka,” ungkapnya.
Setelah pernyataannya menyebar luas di medsos, profesor antropologi itu menghapus posting-annya. Pihak universitas meyakinkan, dia tidak akan pernah diterima mengajar lagi di kampus tersebut.