Palestina Selalu Mengalah, Mengapa Israel Terus Cari Gara-Gara?

Silviana Dharma, Jurnalis
Kamis 27 Juli 2017 18:10 WIB
Rock Mosque di Kompleks Masjid Al Aqsa. (Foto: Mahfouz Abu Turk/APA Images)
Share :

Jafar mencatat, Israel selalu beragumentasi bahwa perundingan damai mandek akibat keberadaan Hamas. Bagi Israel, Hamas amat radikal dan sifat politiknya menghalangi tercapainya perdamaian antara kedua negara.

Padahal, kata Jafar, secara de facto, gerakan politik Hamas sudah semakin moderat. Sejak masuk pemerintahan, bahkan semakin lembut. Israel sebaliknya, tidak hanya konsisten pada jalur konservatif, mereka lebih agresif dengan menggulirkan kebijakan yang melanggar resolusi perdamaian dan kemanusiaan.

"Israel hampir tidak pernah melahirkan perdana menteri atau pemimpin yang moderat. Sehingga sejak 1967 hingga sekarang, mereka selalu konservatif. Sementara Palestina sebaliknya, makin kemari semakin moderat," paparnya.

Baca juga: Kutuk Serangan Israel, DPR Minta Pemerintah Segera Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina

Bahkan dia ingat, Hamas pada Maret lalu menyatakan konflik mereka dengan Israel murni politik bukan agama. Jafar menilai, pernyataan itu sangat revolusioner dan menunjukkan itikad baik dari Palestina untuk berdamai.

“Dalam konteks itu artinya Hamas pun selalu mengedepankan kepentingan semua pihak. Sekarang juga sudah konsolidasi dengan Fatah. Tapi Israel tidak pernah membacanya begitu. Ya, mencari gara-gara terus. Padahal Palestina sudah sangat moderat,” tegasnya.

Fakta lain, Jafar melihat, Palestina pun sudah banyak mengalah dari Israel. Secara geografis, bisa dilihat betapa permukiman ilegal yang dibangun Netanyahu cs terus menyudutkan Palestina. Selama 50 tahun, Palestina memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaannya di meja perundingan, tetapi setiap kesepakatan selalu dilanggar Israel.

Baca juga: PBNU Minta Pemerintah Konsolidasikan Anggota PBB Bersikap Tegas soal Kekejaman Israel terhadap Palestina

Tidak dapat dipungkiri, nilai historis dan religi Masjid Al Aqsa sangat tinggi bagi kedua pihak. Jafar menjelaskan, perang yang berlangsung di Yerusalem itu perang mental, dengan Kompleks Masjid Al Aqsa sebagai target terakhir Israel.

“Jika mereka berhasil menguasai kompleks ini, maka secara simbolik bagi mereka itu adalah kemenangan politik. Sebaliknya, oleh Palestina kalah secara politik,” pungkasnya.

(Silviana Dharma)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya