OKEZONE STORY: Perempuan India Panggil Nama Depan Suami untuk Pertama Kalinya

Silviana Dharma, Jurnalis
Minggu 30 Juli 2017 08:01 WIB
Ilustrasi. Perempuan India. (Foto: Ajit Solanki/AP)
Share :

NEW DELHI – Sebagian besar perempuan di India tidak pernah memanggil suami dengan nama depan mereka. Tradisi ini menunjukkan penghormatan para istri kepada suami masing-masing.

Tradisi ini secara ketat diterapkan di daerah perdesaan. Walaupun tidak sedikit juga yang mempraktikkannya di perkotaan.

Melansir BBC, Minggu (30/7/2017), kelompok pegiat hak asasi perempuan di India pun mendapatkan gagasan untuk mengampanyekan pelanggaran terhadap tradisi tersebut. Para perempuan desa di India ditantang untuk memanggil nama depan suami mereka.

Banyak dari mereka takut melakukannya. Sebab ada kepercayaan di India yang menyamakan seorang suami dengan tuhan atau dewa. Sehingga memanggil nama depan mereka diyakini bisa mendatangkan keburukan dan memperpendek usia mereka.

Sejak kecil mereka diajarkan untuk menyebut suaminya, ‘Babuji’, yang berarti ayah. Jika pun harus memanggil secara langsung, mereka hanya berseru, ‘Hey ho’ atau ‘Hey kamu.’

Seorang perempuan di Orissa, Malati Mahato, berbagi kisahnya. Dia menuturkan pada suatu hari kakak iparnya bertanya, siapa saja pria yang duduk di luar. Bermaksud menjelaskan agar tidak ada yang keliru, dia pun menyebutkan semua nama mereka, termasuk nama paman suaminya.

Mendengar itu, kakak iparnya marah dan mengadukan Malati ke Komite Desa. Akibatnya, Malati divonis melakukan perbuatan tercela dan diasingkan bersama anak-anaknya ke luar desa. Mereka dikucilkan selama 18 bulan oleh seluruh penduduk desa.

“Hirarki patriarki di India ditegakkan dalam banyak tingkatan. Suami dianggap sama dengan tuhan sehingga dia harus disembah,” ujar antropolog sosial, Profesor A R Vasavi.

Ia menjelaskan, tradisi ini juga terbentuk karena pada umumnya para pria datang dari kasta yang lebih tinggi, mereka yang bekerja, menjadi tumpuan keluarga, dan usianya biasa lebih tua. Jadi sudah selayaknya harus dihormati.

Pada Oktober 2016, seorang sukarelawan di Pune, Rohini Pawar, memutuskan untuk mengangkat isu krusial ini, menyebut nama depan suami. Sebelum menantang orang lain, dia mengujinya terlebih dahulu.

Rohini Pawar. (Foto: Video Volunteers/BBC)

Rohini menuturkan, pernikahannya sudah berlangsung selama 16 tahun, yaitu ketika dia berusia 15 tahun. Ia tidak pernah memanggil suaminya dengan nama, Prakash.

“Sebelum ini, saya panggil dia ‘Baba’ atau ‘Aaho’ (Anda) untuk menarik perhatiannya,” beber Pawar.

Lalu saat dia untuk pertama kalinya memanggil pasangan hidupnya itu, “Prakash”, suaminya menanggapi santai. Akan tetapi, orang-orang di sekitar memandang mereka sinis. Beberapa bahkan terang-terangan menertawakan pasangan ini.

Namun lambat laun, ketika tantangan ini benar-benar dikampanyekan, para perempuan sudah menikah itu mengaku senang. Mereka banyak tertawa, karena merasa lucu bisa meneriakkan dengan lantang nama suami mereka untuk pertama kalinya.

Tantangan ini selanjutnya direkam. Setiap istri diminta memanggil suami mereka dengan tiga cara berbeda. Pertama, dengan senang hati. Kedua, dengan perasaan marah. Terakhir, memanggil mereka dengan penuh cinta.

Seorang perempuan tertantang melakukannya. Dia pulang dengan misi baru. Segera setelah melihat suaminya, dia memanggilnya dengan nama depan dan dijawab dengan tamparan di wajah.

“Suaminya mengancam, jika dia berani menyebut namanya lagi, maka dia akan memukulnya lebih keras dari ini,” tutur Rohani.

Seiring perkembangan zaman, perempuan di India semakin banyak yang melek huruf. Mereka yang berhasil menempuh pendidikan tinggi dan terjun ke dunia kerja profesional, seringnya menikah dengan rekan kerja. Jadi tradisi patriarki itu mulai terasa ketinggalan zaman.

“Saat saya menikah, suami saya adalah teman kerja saya. Saya memanggilnya dengan nama selama bertahun-tahun. Rasanya tidak masuk akal jika setelah menikah saya harus berhenti menyebutnya begitu,” ungkapnya.

Rohani sadar bahwa mengubah tradisi tidak akan mudah. Lagipula apa masalahnya memanggil suami dengan nama depan mereka atau julukan lain?

Namun Rohani berpendapat, “Bagaimana mungkin Anda bisa menantang sesuatu yang lebih besar, isu yang lebih penting, jika tidak memulainya dengan yang paling mudah?”

“Ini mungkin langkah kecil, tetapi ini adalah langkah pertama. Dan langkah pertama selalu yang terbesar,” tuntasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya