OKEZONE FILES: Bagi yang Doyan Belanja di Tanah Abang, Wajib Tahu Juga Asal Usul Kampungnya

Hantoro, Jurnalis
Senin 28 Agustus 2017 07:31 WIB
Kampung Tanah Abang tempo dulu. (Foto: Ist)
Share :

SEMUA pencinta belanja di ibu kota Jakarta pasti sudah familier dengan Pasar Tanah Abang. Apalagi sejak direvitalisasi menjadi sangat modern Pemerintah Provinsi DKI pada sekira 2002. Namun, kali ini Okezone tidak mengungkap kembali sejarah pusat berniaga di Jakarta Pusat itu. Tetapi, lebih mengupas tentang Kampung Tanah Abang yang berada di sekitarnya dan sudah ada lebih dulu.

Sebagaimana dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Senin (28/8/2017), nama Tanah Abang ternyata memiliki dua versi sejarah asal usulnya. Pertama, diceritakan, muncul ketika pasukan Mataram menyerang Kota Batavia pada 1628. Mereka melancarkan serangan ke arah kota melalui wilayah selatan yaitu Tanah Abang.

Pasukan Mataram menggunakan tempat tersebut sebagai pangkalan, karena memiliki kontur tanah bukit. Sedangkan di sekitarnya terdapat wilayah rawa-rawa dan Kali Krukut. Dikarenakan tanahnya merah, maka mereka menyebutkan tanah abang dari bahasa Jawa yang artinya 'merah'.

Kemudian kisah yang kedua, mengartikan nama tanah abang dari kata 'abang dan adik' yaitu dua bersaudara kakak dan adik. Ceritanya dimulai saat ada seorang adik tidak mempunyai tempat tinggal, maka ia meminta kepada abangnya untuk mendirikan rumah. Lokasi yang ditempati disebut 'tanah abang'.

Sampai sekarang tidak diketahui mana sejarah yang valid dari penamaan Tanah Abang. Namun, masyarakat di sana terlihat bisa-bisa saja menerima keterangan dua asal-usul tersebut.

(Baca: TOP FILES: Begini Sejarahnya Pasar Tanah Abang)

Berlanjut pada 1648, wilayah Tanah Abang mulai dikenal khalayak ramai ketika seorang kapten China bernama Phoa Bhingam menyarankan Pemerintah Belanda untuk membuat sebuah terusan. Pembangunan pun dilakukan dan penggalian terusan ini ke arah selatan sampai dekat hutan.

Terusan kemudian dipecah menjadi dua bagian, yaitu wilayah timur sampai Kali Ciliwung dan ke arah barat hingga Kali Krukut. Terusan ini dinamakan Molenvliet yang berfungsi sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi dengan menggunakan perahu ke arah selatan sampai dekat hutan.

Melalui Terusan Molenvliet, hubungan dan perkembangan daerah kota ke selatan menjadi sangat lancar. Bahkan sampai sekarang jalan-jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan terusan itu merupakan urat nadi yang menghubungkan Jalan Lapangan Banteng, Medan Merdeka, Tanah Abang, dan Jakarta Kota.

Wilayah selatan kemudian muncul menjadi daerah perkebunan yang diusahakan oleh tuan tanah asal Belanda dan China. Phoa Bhingam sendiri memiliki perkebunan tebu beserta tempat penggilingannya yang berada di sekitar Tanah Abang.

(Baca: Pasar Tanah Abang Dulunya Pangkalan Perang Mataram)

Selain dia, para tuan tanah Belanda turut memiliki beberapa perkebunan, salah satunya kebun kacang. Sebab, minyak kacang merupakan bahan komoditi yang laris.

Selanjutnya, mereka mengusahakan kebun jahe, kebun melati, kebun sirih, dan lainnya yang kemudian masih berbekas serta menjadi nama wilayah seperti saat ini.

Berkat melimpahnya hasil-hasil perkebunan di wilayah tersebut, timbullah suatu gagasan dari juragan Justinus Vinck untuk mengajukan permohonan mendirikan sebuah pasar atas tanah miliknya di Tanah Abang dan Senen.

Setelah mendapat izin dari Pemerintah Belanda melalui Gubernur Jenderal Abraham Petrus, pada 30 Agustus 1735, Justinus Vinck membangun dua pasar, yaitu Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen (Weltevreden). Peranan Kali Krukut yang berada di dekat Pasar Tanah Abang pun menjadi penting dan ramai dikunjungi perahu-perahu yang memuat barang-barang yang akan dijual di sana.

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya