Staf dari badan pengungsi PBB (UNHCR), Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), belum melakukan bantuan apa pun di Rakhine Utara selama lebih dari seminggu akibat penyerangan tersebut. Dikhawatirkan keterhambatan ini akan memengaruhi keadaan penduduk Buddha yang miskin dan etnis Rohingya.
Badan Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan bahwa pihaknya juga harus menunda distribusi ke bagian lain dari negara tersebut. Diperkirakan ada 250 ribu orang tak mendapatkan makanan akibat terhambatnya bantuan. Selain itu, 16 organisasi bantuan non-pemerintah juga mengeluhkan bahwa Pemerintah Myanmar membatasi aksesnya ke wilayah konflik.
BACA JUGA: Nah! Bantah Klaim Militer Myanmar, Aktivis: 1.000 Muslim Rohingya Dibantai, Bukan 400!
Sekadar diketahui, bentrokan dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh tentara telah menewaskan sekira 370 gerilyawan Rohingya, 13 aparat keamanan, dua pejabat pemerintah, dan 14 warga sipil, kata militer Myanmar pada Kamis 25 Agustus.
Tentara mengatakan melancarkan pembersihan terhadap "teroris garis keras" dan pasukan keamanan diberi pengarahan untuk melindungi warga. Namun, warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan bahwa serangan dengan pembakaran dan pembunuhan bertujuan untuk memaksa mereka keluar. (pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)