SETIAP 11 September, Amerika Serikat (AS) memperingati tragedi yang tak terlupakan yaitu serangan bunuh diri yang dilancarkan empat kali berturut-turut. Serangan tersebut diatur sedemikian rupa serta menjadikan Washington DC dan New York sebagai sasarannya. Serangan tersebut dilakukan oleh 19 teroris yang diklaim merupakan anggota al Qaeda. Mereka menabrakkan dua pesawat ke Menara Kembar atau World Trade Center (WTC), satu pesawat ditabrakkan ke gedung Pentagon, dan satu pesawat lainnya yang awalnya ditargetkan menuju Washington DC terjatuh di dekat lapangan dekat Shankville, Pennsylvania.
Ribuan orang tewas dalam tragedi tersebut. Namun di balik itu, ada cerita mengharukan dari orang-orang yang berhasil selamat dari reruntuhan gedung yang ditabrakkan oleh teroris tersebut.
Seorang polisi bernama John McLoughlin pada hari kejadian bertugas di terminal bus Port Authority, beberapa mil sebelah utara gedung WTC. McLoughlin bergegas ke WTC saat menerima kabar tentang serangan tersebut. Dia mengumpulkan satu tim dari empat petugas lainnya yaitu Antonio Rodrigues, Dominick Pezullo, dan William Jimeno. Chris Amoroso yang merupkan seorang teman Jimeno, kemudian bergabung dengan tim tersebut. Dia sudah membawa orang ke tempat yang aman. Keempatnya berubah menjadi petugas pemadam kebakaran dan mengikuti McLoughlin ke lokasi utama bencana (ground zero) melalui bawah tanah.
Ketika mereka berada di antara dua menara WTC, mereka mendengar sebuah ledakan dan meruntuhkan South Tower. McLoughlin dengar banyak yang berteriak "bom mobil meledak" dan "tembok yang hancur mengarah ke kita."
Puing-puing South Tower menewaskan Amoroso dan Rodrigues. Lalu McLoughlin memimpin Jimeno dan Pezullo untuk memeriksa sekitar lift barang dalam waktu 15 detik. Namun saat pemeriksaan, McLoughlin dan Jimeno terjebak oleh puing-puing. Meski Pezullo tidak terjebak, ia tidak berpindah ke tempat yang aman, dia memilih untuk tinggal dan berusaha membebaskan rekan-rekan perwiranya itu.
Nahas, tindakan ksatrianya tersebut membuatnya kehilangan nyawa. Ketika North Tower mulai runtuh, Pezullo terkena puing-puing gedung dan ia terluka parah. Saat Pezzulo sekarat, dia berbicara dengan Jimeno.
"Dominick mengatakan ‘Will, jangan pernah lupa bahwa aku meninggal saat menyelamatkan kalian’ dan ia mengembuskan napas dua kali lalu tak bergerak," kenang Jimeno, seperti yang dilansir dari 911 Research, Senin (11/9/2017).
"Masa itu sangat sulit bagi saya. Dominick adalah seorang pria terhormat, ayah dari dua anak, dan dia memiliki istri yang cantik," tambah Jimeno.
Runtuhan North Tower mengubur orang-orang di sekitarnya sekira 9 meter di bawah permukaan dan membuat kaki McLoughlin hampir hancur. Jimeno dan McLoughlin yang berjarak sekira 6 meter tidak dapat saling melihat. Dari waktu ke waktu, bola api berdiameter 90 dan 100 sentimeter melewati tempat Jimeno terjebak. Setiap kali bola tersebut mendekat, bola api tersebut padam.
"Sepertinya ada malaikat di sana karena bola api ini terus memadamkan diri. Itu benar-benar berbulu," kata Jimeno.
McLoughlin dan Jimeno mengalami sakit yang luar biasa dari luka-luka pada tubuh mereka yang akibat tertiban reruntuhan berat. Kedua pria tersebut bercanda tentang betapa baiknya rasa sakit karena itu karena menunjukkan bahwa mereka masih hidup.
Jimeno yang lebih dekat ke permukaan, berusaha menarik perhatian tim penyelamat. Ia terus berteriak dan menggedor pipa dengan borgolnya. Dia mencoba meletupkan pistolnya, tapi tangannya yang bengkak membuat ia tak berdaya.
John McLoughlin (kiri) dan William Jimeno (kanan) (Foto: Associated Press/The Spokesman Review)
Kira-kira satu jam kemudian malam pun tiba dan mereka berdua sudah terjebak selama 10 jam. Namun Jimeno tiba-tiba mendengar suara-suara dan ia berusaha membalas teriakan tersebut. Beberapa regu penyelamat mulai menyingkirkan puing-puing untuk menyelamatkan orang-orang yang terperangkap. Akhirnya mereka menemukan Jimeno sekira pukul 23.00. Mereka menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit. McLoughlin behasil diselamatkan dan pukul 7 keesokan harinya ia baru berhasil dievakuasi. Jimero telah terjebak selama 13 jam dan McLoughlin selama 21 jam.
Luka McLoughlin sangat parah sehingga dokter di Rumah Sakit Bellevue sempat ragu dia akan bertahan. McLoughlin mengalami koma selama enam minggu dan dokter akhirnya melakukan operasi di kakinya. Ia juga mendapatkan terapi fisik.
"Saya hidup untuk semua petugas yang menyerahkan nyawanya dan untuk setiap orang yang meninggal di WTC. Para teroris mengira mereka bisa menahan kita, tapi saya akan menunjukkan kepada mereka bahwa Anda tidak bisa melakukan ini kepada Amerika," tukas Jimeno. (pai)