Maduro vs Trump. (Foto: Ist/Sindonews)
MOSKOW - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro secara terang-terangan mencemooh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurut Maduro, Trump hanya tahu sedikit tentang geografi Amerika Latin dan hanya membacanya dari catatan.
Hal itu diungkapkannya dalam sebuah pernyataan emosional saat berbicara pada Pekan Energi Rusia 2017 di Moskow pada hari Rabu 4 Oktober 2017.
"Trump sedang membaca dari catatan. Trump bahkan tidak tahu di mana Venezuela berada. Dia tidak tahu itu. Dia bahkan tidak tahu di mana Puerto Riko berada, dia tidak tahu itu," kata Maduro seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (5/10/2017).
Maduro juga mengklaim bahwa pemimpin AS itu tidak hanya kekurangan pengetahuan geografis tapi juga tidak mengetahui apa-apa tentang sejarah Amerika Latin.
"Katakan padanya tentang 'Simon Bolivar' dan dia akan menganggapnya sebagai penyanyi rock - dia tidak tahu siapa dia," kata Maduro, merujuk pada negarawan dan pejuang Amerika abad ke-19 yang terkenal melawan pemerintahan kolonial Spanyol.
Presiden Venezuela juga dengan tajam mengkritik pemimpin AS atas ancaman yang dikeluarkan Trump terhadap Venezuela.
"George Bush yang mendukung kudeta terhadap Comandante Hugo Chavez. Tapi kami terus berlanjut karena kami benar," pemimpin Venezuela melanjutkan.
(Baca juga:
Minta Dukungan Politik, Presiden Maduro Temui Putin di Moskow)
"Obama berbeda. Dia tersenyum, tapi juga menjatuhkan sanksi dengan senyuman," sambungnya.
"Tapi Trump. Trump tidak sopan. Dia mengatakan kepada saya: 'Saya akan mengakhiri Anda!' Tetapi bahkan di bawah pemimpin AS saat ini, Venezuela akan bergerak maju. Venezuela memiliki takdirnya sendiri, dan kita akan berjuang untuk takdir ini," tegas Maduro.
Pada pertengahan Agustus, presiden AS mengatakan bahwa dia tidak akan mengesampingkan "opsi militer" melawan Venezuela, memprovokasi hubungan diplomatik yang memanas antara kedua negara. Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez menyebut pernyataan tersebut sebuah tindakan ekstremisme tertinggi, sementara Gedung Putih mengatakan bahwa mereka menolak telepon dari Maduro saat itu.
(Qur'anul Hidayat)