Bila biasanya burung jalak Lawu berwarna hitam, khusus burung misterius itu berwarna gading. Tidak semua pendaki bisa bertemu burung kyai jalak. Kyai Jalak sering menjadi pemandu bagi para pendaki yang tersesat.
"Jika pendaki berniat baik, kyai jalak akan mengantar pendaki sampai ke Puncak Gunung Lawu. Burung kyai jalak bertemu para pendaki, bukan untuk mencelakai, namun sebagian dari tugasnya menjaga dan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki," terang Pak Po.
Selain kyai jalak sebagai penunjuk jalan, kadang kala muncul kupu-kupu hitam dengan bulatan besar berwarna biru mengikilap di tengah kedua sayapnya. "Katanya jika pendaki melihat kupu-kupu itu adalah pertanda bahwa kehadiran pendaki disambut baik oleh penjaga Gunung Lawu. Jangan pernah menganggu, mengusir dan membunuhnya," ungkapnya.
Ada pula pantangan bagi para pendaki Gunung Lawu. Pendaki dilarang mengenakan pakaian berwarna hijau daun dan dilarang mendaki puncak Lawu dengan rombongan berjumlah ganjil. “Takutnya nanti akan tertimpa kesialan. Satu hal lagi yang harus diingat, jika tiba-tiba ada kabut dingin dibarengi suara gemuruh, jangan nekat naik. Turun saja atau berbaring tertelungkup di tanah," pesannya.
Tiga puncak Gunung Lawu juga menyimpan misteri dan dianggap tempat sakral. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya, Harga Dumiling diceritakan sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah tempat meditasi penganut kejawen. Gunung ini juga dipercaya sebagai tempat persinggahan Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) yang akhirnya menghilang bersama raganya alias muksa.