TOKYO – Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dipastikan terpilih kembali usai partai koalisinya memenangkan kursi mayoritas di Parlemen Negeri Sakura. Pemilihan parlemen dadakan itu diadakan kemarin usai Abe membubarkan parlemen pada akhir September.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Senin (23/10/2017) partai koalisi penguasa berada di jalur meraih 310 kursi dari 465 kursi yang tersedia di Parlemen Jepang. NHK mewartakan, kemungkinan kemenangan ini diprediksi akan menjadi jalan mulus untuk Abe kembali duduk sebagai Perdana Menteri Negeri Sakura.
BACA JUGA: Raih Super Mayoritas di Parlemen, PM Jepang Janji Tangani Korut dengan Tegas
Ketika hasil pemilu dadakan itu muncul, sejumlah media di Jepang memperlihatkan para para anggota koalisi partai penguasa menundukkan kepalanya yang menunjukkan rasa hormat. Kemudian mereka mengangkat tinjunya ke udara sambil berteriak ‘banzai’. Sekadar informasi, penggunaan kata banzai di Jepang acap kali untuk menyuarakan penyemangat serta panjang umur.
Kemenangan ini disinyalir dapat membuat Abe mendorong perubahan konstitusi Jepang yang saat ini bersifat pasifisme. Konstitusi yang baru dipandang akan bisa membuat peran militer Jepang semakin kuat dibandingkan sekarang yang dibatasi hanya untuk membela diri.
BACA JUGA: Jepang Bergejolak, PM Abe Bubarkan Parlemen dan Gubernur Tokyo Bentuk Partai Baru
Mendengar prediksi bahwa ia dipastikan akan kembali menjadi perdana menteri, Abe pun angkat bicara. Ia mengklaim akan menguatkan tekadnya melawan ancaman nuklir Korea Utara mengingat wilayah negaranya yang sudah dimasuki oleh beberapa rudal Pyongyang dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
“Seperti yang saya janjikan dalam pemilihan, tugas yang saya segera lakukan adalah untuk menangani Korea Utara dengan tugas. Untuk itu diperlukan diplomasi yang keras,” ujar Abe.
BACA JUGA: PM Abe Bubarkan Parlemen, Anggota DPR Jepang: Banzai!
Abe menyebut, ia akan terus memperdalam debat dalam isu konstitusi nanti di Parlemen. Namun, pria yang akan menjadi calon perdana menteri terlama di Jepang itu menegaskan bahwa ia menginginkan agar pembahasan mengenai perubahan konstitusi dapat diterima oleh semua pihak, bukan hanya dari koalisi partai-partai penguasa.
(Emirald Julio)