JAKARTA - Tepat 70 tahun lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi 181 tentang solusi dua negara (two-state solution) untuk konflik Israel-Palestina. Akan tetapi, hingga kini solusi tersebut belum juga terlaksana.
Di Hari Solidaritas Internasional Palestina, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, mengakui bahwa isu kemerdekaan Palestina berhubungan dengan sejarah PBB. Isu tersebut juga menjadi isu terpanjang yang belum terselesaikan hingga kini.
"Saya tetap yakin bahwa solusi dua negara yang dalam resolusi tersebut adalah awal untuk perdamaian yang berkepanjangan dan komprehensif antara Israel-Palestina," ujar Antonio Gutteres dalam pesannya yang dibacakan oleh Acting Director Pusat Informasi PBB, Eshila Maravanyika, di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Kamis (30/11/2017).
BACA JUGA: Mesir Kirim Wakil ke Jalur Gaza untuk Awasi Kesepakatan Rujuk Palestina
Pria asal Portugal itu mengatakan, pemimpin Israel dan Palestina sama-sama menegaskan komitmen mereka untuk negosiasi perdamaian. Guterres lantas mendorong agar terus menunjukkam komitmen tersebut serta menciptakan kondisi agar negosiasi dapat dimulai kembali.
Ia juga mengapresiasi adanya perkembangan positif di Palestina antara Hamas dengan Fatah. Guterres yakin kesatuan di intra-Palestina bisa menjadi langkah maju ke arah yang benar.
BACA JUGA: 100 Tahun Deklarasi Balfour, Kemlu: Ini Pengingat Agar Kita Terus Dorong Kemerdekaan Palestina
"Saya menegaskan kesiapan untuk bekerja bersama semua stakeholder untuk mendukung proses politik; menyusun resolusi PBB, hukum internasional, dan kesepakatan; yang akan mengakui solusi dua negara tersebut," sambung pesan dari Sekjen PBB tersebut.
Mantan PM Portugal itu yakin, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri konflik dengan cara mendirikan negara Palestina yang merdeka sehingga dapat hidup berdampingan dengan negara Israel dalam perdamaian.
(Rifa Nadia Nurfuadah)