JAKARTA – Konflik Palestina-Israel telah berlangsung sekira 100 tahun, setidaknya sejak Deklarasi Balfour diterbitkan pada 1917. Selama satu abad itu pula, belum ada solusi yang benar-benar dapat menyelesaikan kisruh wilayah antara Palestina-Israel.
Konflik itu memasuki babak baru ketika Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Sebagian besar negara di dunia mengecam klaim AS tersebut, terutama Indonesia. Presiden Joko Widodo mengecam keras, bahkan menyampaikan dengan lugas dukungan Indonesia kepada Palestina dalam KTT Luar Biasa OKI di Istanbul, Turki, belum lama ini. Menlu RI, Retno LP Marsudi, juga memanggil Dubes AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr untuk mengklarifikasi isu tersebut.
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dr. Dino Patti Djalal, menyesali keputusan Trump yang yang menurutnya sangat tidak bijak. “Di tengah segala luapan emosi, mungkin perlu dipikirkan seperti apa kira-kira skenario penyelesaian masalah Palestina ke depan,” ujar Dino dalam Diskusi bertajuk The Future of Palestine: The Road To Unity, Independence and Peace, di Sekretariat FPCI di Mayapada Tower, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2017).
Dino pun mengusulkan solusi penyelesaian konflik dengan 7 langkah yang ia sebut “7P”. Langkah-langkah itu adalah penundaan pemindahan kedutaan AS, persatuan fraksi-fraksi politik Palestina, perhatian dunia terhadap isu tersebut, perundingan antara Palestina-Israel, paket solusi, pemerintahan yang mapan, dan politik dalam negeri Israel.
"Langkah pertama yang paling mungkin dilakukan saat ini adalah menunda pemindahan kedutaan besar AS ke Palestina mengingat banyaknya pertentangan dari dunia Internasional baik dunia Islam maupun sekutunya di dunia barat," ujar Dino.
Tak hanya itu, Dino juga menyoroti turunnya perhatian dunia atas isu Palestina karena bermacam kisruh demokratisasi Timur Tengah. Karena itulah, Dino menekankan Pemerintah Indonesia agar gencar menyoroti kembali masalah Israel-Palestina.