BANGKOK – Perdana Menteri (PM) Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha, banjir kritik. Sebab, pria berusia 63 tahun itu berupaya menghindari pertanyaan dari para wartawan dengan cara memasang sebuah papan kartu (cardboard) bergambar dirinya sendiri.
Peristiwa itu terjadi dalam sebuah konferensi pers di Bangkok. PM Prayuth Chan-ocha yang tampak ingin mengakhiri sesi tanya jawab, lantas menunjuk sebuah papan kartu bergambar dirinya itu. Ia meminta agar para wartawan bertanya kepada papan kartu itu mengenai isu-isu sensitif.
“Jika Anda ingin menanyakan tentang politik atau konflik, tanya pada orang ini,” ujar PM Prayuth Chan-ocha seraya meninggalkan lokasi konferensi pers, mengutip dari Time, Selasa (9/1/2018).
Gestur tokoh kudeta Thailand pada 2014 itu membuat aktivis geram. Kelompok pembela hak asasi manusia (HAM), Human Rights Watch (HRW), menyatakan tindakan Prayuth Chan-ocha itu menambah panjang daftar perundungan serta aksi mengerikan terhadap wartawan di Negeri Gajah Putih.
“Pemimpin junta militer Thailand Jenderal Prayuth Chan-ocha terus menunjukkan penghinaan terhadap kritik media dan keterbukaan,” tukas peneliti senior HRW Thailand, Sunai Phasuk, melansir dari Reuters.
BACA JUGA: Media Thailand Dilarang Kritik Pemerintah
Sejak junta militer berkuasa di Thailand pada 2014, Jenderal Prayuth Chan-ocha diketahui memiliki hubungan yang tidak baik dengan media. Pada 2015, ia pernah menyatakan akan mengeksekusi jurnalis yang tidak melaporkan kebenaran mengenai pemerintahannya.
BACA JUGA: Organisasi Media Thailand Desak Pemerintah Hapus RUU Pengekangan Berita
Selama masa pemerintahan sang jenderal, media-media di Thailand dibatasi. Menurut data Jurnalis Tanpa Batas (Reporters Without Borders), peringkat kebebasan pers di Thailand menurun dari 129 ke 140 dari 180 negara berdasarkan indeks 2016.
(Wikanto Arungbudoyo)