KARANGANYAR – Hingga batas akhir pendaftaran bakal calon peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Karanganyar 2018, hanya satu pasangan, Juliyatmono dan Rober Christanto yang telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum.
Praktis, pasangan yang diusung Partai Golkar dan PDIP serta diusung oleh delapan parpol memiliki kursi di DPRD Karanganyar inilah akan melenggang sendirian di pilkada 2018.
Pengamat politik dari fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS), Agus Riewanto, baru pertama terjadi di wilayah Soloraya.
Namun, kedua pasangan ini justru melengkapi 19 daerah lainnya di Indonesia, yang pada Pilkada ini, harus melawan kotak kosong.
Menurut Agus, makin meningkatnya fenomena calon tunggal kepala daerah dalam di sejumlah daerah termasuk Karanganyar, sangat memprihatinkan. Akibatnya esensi dari kontestasi politik menjadi nihil.
BACA: Calon Bupati Karanganyar Dipastikan "Melawan" Kotak Kosong
Kondisi ini tak harus terjadi, bila parpol tersebut siap untuk berkompetisi. Justru sebaliknya, fenomena calon tunggal di Pilkada, semakin menunjukkan bila parpol di daerah tersebut telah gagal melakukan rekrutmen kader yang siap berkompetisi.
"Fenomena calon tunggal ini karena partai politik itu tidak siap untuk kompetisi dan menyiapkan kader-kadernya. Buat saya ini adalah kegagalan partai politik dalam rekrutmen, persiapan kader-kader terbaiknya dalam pemilihan kepala daerah," jelas Agus kepada okezone, Kamis (11/1/2018).
Faktor lain merebaknya calon tunggal ini juga disebabkan biaya pencalonan dan biaya pemilu cukup mahal yang harus ditanggung parpol.
Itu sebabnya hanya partai-partai yang siap secara ekonomi dan politik dan modal sosial yang berani mencalonkan diri. Dan yang tidak berani, lebih memilih bergabung dengan calon yang kuat.
"Dan biasanya incumbent dianggap sebagai calon yang kuat. Inilah yang disebut politik gula-gula," tuturnya.
Artinya, ungkap Agus, calon dari Incumbent tersebut melakukan politik gula-gula. Ibarat pepatah, kata Agus, ada gula ada semut. Itulah yang dijalankan incumbent.
Jadi incumbent dianggap memiliki sumber dana sosial yang baik. Itulah sebabnya, Incumbent dianggap punya kans paling besar untuk menang, dan partai lain mendekat.
"Dia (incumbent) menyiapkan gula-gula lalu teman-temannya mengerubutinya mengerumuni gula-gula tersebut. Sehingga menjadi suatu kekuatan yang solid," terangnya.
Seperti diketahui pasangan Juliyatmono - Rober Christanto resmi diusung delapan koalisi partai di Karanganyar.
Bergabungnya delapan parpol, Partai Golkar, PDIP, Demokrat, Gerindra, PKB, PAN, Hanura, PPP, membuat PKS gagal kembali mencalonkan Rohadi Widodo di pilkada ini setelah diceraikan oleh Juliyatmono.
Pasalnya,PKS yang hanya memiliki enam kursi di parlemen. Sulit bagi PKS untuk mengusung kadernya di Pilkada.