Potret Buram Insiden Penyerangan Tokoh Agama dan Tempat Ibadah Wajib Jadi Perhatian Pemerintah

Qur'anul Hidayat, Jurnalis
Senin 12 Februari 2018 18:21 WIB
Pasca-penyerangan Gereja St. Lidwina. (Foto: Antara)
Share :

SUASANA di Gereja Katolik Santa Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta sekira pukul 07.35 WIB, Minggu 11 Februari 2018 tiba-tiba mencekam. Seorang pria masuk ke dalam gereja sambil menenteng pedang. Pria tersebut kemudian mengamuk di tengah para jemaat yang sedang melaksanakan ibadah Misa. Sontak kepanikan terjadi, para jemaat berhamburan menyelamatkan diri.

Pemuda bernama Suliyono, yang berstatus sebagai mahasiswa itu masuk dari pintu gereja bagian barat. Ia kemudian secara membabi buta menyerang Martinus Parmadi Subiantoro. Sabetan senjata tajam mengenai punggung Martinus.

Selanjutnya pelaku masuk ke gedung utama gereja sembari mengayunkan pedang sehingga para jemaat berlarian menyelamatkan diri. Pelaku lalu berlari ke ruang paduan suara dan menyerang Romo Prier yang sedang memimpin Misa. Pelaku juga mengayun-ayunkan senjata tajamnya itu ke arah Patung Jesus dan Bunda Maria di gereja tersebut.

Korban selanjutnya adalah Budijono, yang mengalami luka sobek pada bagian kepala belakang dan leher bagian belakang.

Polisi yang tiba di lokasi kejadian mencoba bernegosiasi meminta pelaku menyerahkan diri. Namun, pelaku justru menyerang petugas sehingga terpaksa dikeluarkan tembakan peringatan. Tak gentar dengan ancaman polisi, pelaku kembali menyerang dan mengenai tangan Aiptu Al Munir. Polisi langsung menembak pelaku yang mengenai bagian perut.

(Baca juga: Cerita Aiptu Almunir Lumpuhkan Penyerang Gereja hingga Kena Tebasan Pedang)

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Dia juga pernah tinggal di daerah Poso, Sulawesi Tengah dan Magelang, Jawa Tengah. Dari daerah itulah pelaku diduga kuat terdoktrin paham intoleransi.

Namun, polisi belum mendapat petunjuk yang dapat menyimpulkan atau mengaitkan peristiwa penyerangan di Sleman Yogyakarta itu dengan jaringan Santoso di Poso, maupun jaringan terorisme lainnya di Magelang, Jawa Tengah.

"Sampai saat ini belum temukan indikasi itu, kita anggap ini spontan, fakta hukumnya spontan, tapi terus didalami," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (12/2/2018).

(Baca juga: Kapolri: Penyerang Gereja Lidwina Yogyakarta Terindikasi Paham Radikal)

Pihaknya masih mencari tahu, apakah Suliyono beraksi sendiri atau mengikuti jaringan teroris. "Persoalannya apakah bekerja sendiri, lone wolf atau bagian dari jaringan, ini sedang dikembangkan, sedang dikejar terus oleh tim Mabes Polri dan Polda DIY," ujarnya.

Tito juga meminta masyarakat untuk tidak mudah termakan spekulasi liar soal motif di balik penyerangan Gereja Santa Lidwina. Tito khawatir, kesimpulan tanpa dasar justru akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, utamanya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu menegaskan, polisi sedang mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan barang bukti untuk mengungkap motif pelaku. Tito yakin, secepat mungkin kasus itu akan terungkap dan menjadi terang.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya