KUPANG - Pesta demokrasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur 2018 mulai memasuki masa kampanye. Setiap calon mulai menjual visi, misi dan program kerja serta sejumlah komitmen menyejahterakan masyarakat kepada khalayak.
Pasangan calon Esthon Foenay-Chris Rotok juga mulai melakukan aksi kampanye. Selain menawarkan ide dan gagasan pembangunan melalui rencana program kerja, pasangan bekas birokrat itu mengharapkan agar masyarakat mencari pemimpin yang jujur dan berintegritas.
"Provinsi NTT ini sudah dikenal sebagai daerah miskin karena itu butuh komitmen pemimpin yang berpengalaman dan yang terpenting memiliki etika dan moral sosial baik serta berintegritas," kata Esthon di Kupang, Kamis (16/2/2018).
Wakil Gubernur NTT 2008-2013 itu mengemukakan provinsi yang berkarakter kepulauan itu seyogyanya memiliki begitu banyak potensi alam dan laut yang bisa dikembangkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Karena itu dibutuh sosok pemimpin yang memiliki komitmen serius untuk membangun demi kepentingan rakyatnya.
Tidak hanya itu, kepentingan membangun masyarakat dengan mengelola maksimal sejumlah potensi yang dimiliki itu harus disertai dengan kejujuran dan komitmen yang berintegritas mumpuni dan teruji serta telah terbukti. Tidak sekadar mengkampanyekan kejujuran dan integritas namun masih sebatas wacana politik dan sekadar jualan hampa kepada masyarakat.
Pasangan Esthon-Chris lanjut bekas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTT itu mengaku sanggup melaksanakan amanat itu.
"Kami tidak hanya sekadar bicara. Soal integritas dan kejujuran kami sudah selesai karena kami sudah terapkan dalam masa jabatan kami dan masyarakat menikmatinya," kata Esthon.
Publik NTT sangat mengenal sosok Esthon-Chris yang hingga saat ini masih berdiri di hadapan masyarakat tanpa cacat hukum. Integritas dan kejujuran akan diawali dari hal-hal yang bersinggungan dengan hukum.
"Dan kami masih ada di sini tanpa singgungan hukum itu. Saya kira harapan kejujuran dan integritas pemimoun jujur dan integritas itu ada di kami Esthon-Chris," kata Esthon.
Masyarakat, kata dia, terus didorong untuk menjadi pemilih cerdas. Belajar dari pengalaman pemilihan sebelumnya. Pahami dan mengerti sosok para calon pemimpin dengan mengetahui seluruh rekam jejaknya sehingga tidak salah menjatuhkan pilihan politiknya.
Kebebasan menentukan pilihan ada di tangan setiap masyarakat pemilik hak pilih, namun demikian haruslah berlaku cerdas. Tidak perlu tergoda dengan rayuan diimingi sejumlah uang dan aksi lain yang bersinggungan dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
"Tunjukan bahwa kita adalah pemilih cerdas yang mengedepankan demokrasi bermartabat untuk capaian pemimpin yang berkualitas," kata Esthon.
"Hanya semenit di dalam bilik suara namun berdampak panjang unuk kehidupan masing-masing kita masyarakat. Tentukan pilihan secara cerdas."
Selaian pasangan Esthon Foenay-Chris Rotok, calon lain yang ikut dalam kontestasi lima tahunan di provinsi seribu nusa itu adalah, Marianus Sae-Emiliana Nomleni, Benny K Harman-Beni Litelnoni serta pasangan Vikor Bungtilu Laiskodat-Jos Nae Soi.