BEKASI - Rasa penasaran masih menyelimuti keluarga satu-satunya wanita dari tujuh korban tewas diduga usai pesta miras oplosan, yang terjadi di tiga titik berbeda di wilayah Kota Bekasi atasnama, Anisa (22) korban tewas di wilayah Jakasetia, Bekasi Selatan beberapa hari lalu.
Ditemui dikediamannya, di Kampung Cikunir, Jakasetia, Bekasi Selatan, Jumat (6/4/2018) siang. Orangtua Anisa, Nur Ali (50) mengakui, masih belum tahu dan bingung apa yang menjadi penyebab anaknya itu meninggal dunia. Sebelum akhirnya diketahui, diduga usai berpesta minuman keras oplosan.
"Kami dari keluarga masih tak percaya dan tidak menyangka atas kematian korban. Penyebabnya apa juga enggak tahu, dia cuma mengeluh nyesek aja sebelum kakaknya membawa ke rumah sakit. Sementara dua hari sebelum, saya tahu dia sehat-sehat saja di rumah," ungkap Nur Ali, Jumat (6/4/2018).
Menurut Nur Ali, anak kelima hasil pernikahan dengan Istrinya Nunung (50) selama ini, Anisa diketahui seorang anak yang sehat dan tidak pernah sakit sejak kecil sampai-sampai terpaksa dibawa ke rumah sakit. Oleh sebab itu, keluarga pun masih bertanya-tanya dan tak menyangka atas meninggal dunianya Anisa, pada Selasa 3 April 2019 pagi.
"Jadi, hari Senin juga, saya pulang kerja kondisinya sehat, dan sempat pinjem motor katanya mau keluar sebentar. Dan saat itu pun dia terlihat sehat sampai akhirnya jam 12 malam, saya pulang tahlil kakaknya bilang Anisa dibawa ke rumah sakit," kata Nur Ali.
(Baca juga: Ada 1 Wanita dari 7 Korban Tewas Akibat Miras Oplosan di Bekasi)
"Saya masih heran saat itu, kenapa dia dibawa ke rumah sakit. Kata anak saya yang membawanya, Anisa ngeluh nyesek dan waktu itu juga di rumah sakit dia tidak sadarkan diri akhirnya, saya nyusulin kesana," sambungnya.
Lebih jauh, diakui Nur Ali, saat dirinya ke rumah sakit tempatnya di rawat Anisa cuma dikasih uap saja dan tidak ditangani dokter yang memang saat itu sedang tidak ada. Melihat kondisi Anisa seperti itu diapun berinisiatif memindahkannya ke RS Anna agar ditangani dokter.
"RS Anna itu anak saya langsung ditangani dokter dengan cepat. Namun, dokter yang menanganinya sempat kesulitan untuk memasang infus sampai akhirnya, infus bisa masuk dibagian kakinya dan dokter memasang di kedua kakinya," jelas Nur Ali.
(Baca juga: Sebelum Tewas, 7 Korban Miras Oplosan di Bekasi Pusing dan Mual)
Adapun pasca infusan itu dipasang berikut alat uap dibagian wajahnya, diakui Nur Ali, dia ditanya sama dokter tentang minuman yang di konsumsi oleh Anisa. Nur Ali pun bingung saat ditanya seperti itu hingga membalikan pertanyaan dari dokter tersebut.
"Jadi, waktu penanganan dokter bilang ke saya kalau dia gak berani kasih obat ke Anisa. Dia malah nanya anak saya minum apa, mana saya tahu sampai akhirnya, dimasukin ke ruang ICU," ujarnya.
Setelah semalaman di ruang ICU, diakui Nur Ali, pagi harinya dokter tiba-tiba, memanggil untuk segera mencari rumah sakit lain rujukan karena, sudah tidak bisa menangani sekaligus, menyuruh agar membayar administasi sebesar Rp300 ribu.
Lanjut pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu, dia dan kakak-kakaknya Anisa berbagi tugas antaralain, kakaknya bertugas mencari rumah sakit rujukan untuk membawa Anisa, dan dia pun pulang ke rumah mengambil uang.
"Nah pas kakaknya sibuk cari rumah sakit rujukan, dan saya lagi di rumah ambil uang dapat kabar dari kakaknya kalau, Anisa sudah enggak ada persis sekitar pukul 08.00 WIB. Dan hari itu juga bada solat Dzuhur, Anisa langsung kami makami," tandas Nur Ali.
(Awaludin)