"Jadi, waktu penanganan dokter bilang ke saya kalau dia gak berani kasih obat ke Anisa. Dia malah nanya anak saya minum apa, mana saya tahu sampai akhirnya, dimasukin ke ruang ICU," ujarnya.
Setelah semalaman di ruang ICU, diakui Nur Ali, pagi harinya dokter tiba-tiba, memanggil untuk segera mencari rumah sakit lain rujukan karena, sudah tidak bisa menangani sekaligus, menyuruh agar membayar administasi sebesar Rp300 ribu.
Lanjut pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu, dia dan kakak-kakaknya Anisa berbagi tugas antaralain, kakaknya bertugas mencari rumah sakit rujukan untuk membawa Anisa, dan dia pun pulang ke rumah mengambil uang.
"Nah pas kakaknya sibuk cari rumah sakit rujukan, dan saya lagi di rumah ambil uang dapat kabar dari kakaknya kalau, Anisa sudah enggak ada persis sekitar pukul 08.00 WIB. Dan hari itu juga bada solat Dzuhur, Anisa langsung kami makami," tandas Nur Ali.
(Awaludin)