Mengenal Likuifaksi, Melarutnya Tanah di Kota Palu dan Sekitarnya

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 02 Oktober 2018 08:12 WIB
Share :

SAAT gempa dan tsunami melanda Kota Palu dan sekitarnya, pada 28 September 2018, beberapa daerah seperti Kelurahan Petobo mengalami fenomena alam yang disebut likuifaksi.

Proses yang terjadi karena gempa ini menyebabkan berbagai rumah roboh, cuit Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Likuifaksi itu lebih kepada larutnya suatu benda padat ke benda cair. Terkait sama gempa bumi ini, di daratan itu kan di bawahnya ada air tanah, begitu ada getaran, barang-barang padat di atas itu akan melarut, teraduk akibatnya getaran. Jadi melarut dengan air tanah di bawahnya," kata Agustan, ahli geologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Likuifaksi diumpamakan Agustan sama seperti saat kita mengaduk air dan pasir di dalam botol. Barang padat seperti pasir akan berubah menjadi cair.

Pada ahli memandang daerah yang terkena gempa pada hari Jumat (28/09) memang rawan terjadinya likuifaksi karena susunan tanah yang berpasir.

"Pada umumnya itu terjadi pada tanah yang berpasir. Dia harus jenuh air, mudah terendam air. Ketika dia mengalami guncangan maka air itu akan memiliki tekanan yang berlebih karena dia mendorong ke sana kemari dan mendorong partikel pasir atau tanah yang tidak lengket," kata Taufiq Wira Buana, peneliti Badan Geologi, kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

(Baca Juga: Gempa 5,3 SR Kembali Melanda Donggala, Tidak Berpotensi Tsunami)

Tanah semacam itu biasanya yang mudah bersentuhan dengan air.

"Air biasa, air yang ada di dalam tanah itu, mungkin masyarakat umum mengonsumsinya sebagai air tanah. Memang syaratnya, air itu biasanya dangkal, dekat dengan permukaan tanah, kisaran lebih kurang 10 meter," sambung Taufiq.

Proses Likuifaksi

Enam tahun lalu, ESDM sudah melakukan penelitian terkait gejala alam ini di beberapa tempat, termasuk di Sulawesi Tengah.

"Di Palu itu memang potensi likuifaksi memang ada. Tahun 2012 kita sudah mengidentifikasi kota Palu sendiri, di bagian tengah rata-rata endapan berumur masih muda, banyak pasir, lumpur yang masih belum terikat, masih gembur," kata Taufiq.

Likuifaksi, imbuh Taufiq, tinggal menunggu waktu.

"Pemicunya, salah satunya adalah sesar Palu Koro lewat di situ," ujarnya.

Likuifaksi ini sebenarnya seringkali terjadi saat gempa kuat terjadi di berbagai tempat, tetapi keadaan permukaan bumilah yang menentukan terjadinya longsor, menurut Agustan, ahli geologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Contoh waktu gempa Tasikmalaya tahun 2009, itu ada likuifaksi muncul. Tetapi mungkin karena di daerah itu topografinya datar kemungkinan lumpur saja, tidak menyebabkan longsor. Nah kalau kejadian di Palu kemarin, kejadian ada longsor karena mungkin topografinya lebih curam," katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya