Namun karena tidak diizinkan orang tua, akhirnya Jannatun memilih untuk tidak mengambil tawaran itu. Lalu Jannatun melamar pada sebuah bank swasta dan diterima. Setahun bekerja di bank, almarhumah mengikuti tes seleksi masuk ASN di Kementerian ESDM dan diterima.
"Almarhumah cerdas dan pintar. Makanya kami sedih dan merasa kehilangan," terang Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Hilir Migas Kementerian ESDM Yuli Rachwati, pada wartawan saat mengantarkan jenazah almarhumah ke TPU Desa Suruh, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (1/11/2018).
Berdasarkan cerita dari ibu Jannatun, sambung Yuli, almarhumah pernah ditawari bekerja di sebuah perusahaan asal Singapura. Namun, almarhumah tidak mengambil tawaran tersebut lantaran tidak direstui oleh orang tuanya. Sehingga memilih bekerja pada bank.
"Kemudian ikut tes ASN di Kementerian ESDM dan diterima. Almarhumah baru satu tahun bekerja di Kementerian ESDM. Almarhumah merupakan analis terbaik. Kepintaran dan kecerdasan sering dipercaya melakukan monitoring pencampuran B20 non PSO pertamina di berbagai daerah," ungkapnya.
Yuli bercerita, Jannatun memang sering diajak untuk melakukan pengawasan B20 seperti di Denpasar, Surabaya dan Batam. Kemudian pada 29 Oktober 2018 Jannatun bersama dua rekannya yakni Fatwa Kurnia Dewi asal Tangerang, dan Dewi Herlina asal Bekasi berencana melakukan pengawasan B20 di Pangkalpinang.