PRABOWO kian galau dan gamang. Pasalnya, pendukungnya satu per satu mulai berputar haluan alias hengkang.
Kabar mengejutkan yakni pentolan pasangan Prabowo-Sandiaga yakni, Yusril Ihza Mahendra yang saat ini menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf.
Barangkali di balik kegalauan Prabowo di berbagai kesempatan kerap dia "slip of the tongue" atau salah bicara.
Dalam ilmu komunikasi disebut halangan fisikal dan aspek lingiustik verbal yang amburadul.
Prabowo memang terkenal tempramen tinggi, maklum dia seorang jenderal bintang 3 dan tugasnya di lapangan. Dirinya sangat dengan mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, kendati keduanya sama-sama dari militer.
Memang secara metafisika (watak) maka dia memiliki sifat kolerik sifatnya keras pada prinsip, tak mudah menyerah bahkan sulit easy listening (mendengar). Tapi kelemahan karakter ini adalah otoriter dan menguasai. Dia berapa kali terpeleset lidah saat berpidato. Dan ini merupakan habbit (kebiasaan buruk).
Bukan itu saja, dirinya sempat berapa kali blunder di antaranya ketika menyampaikan Indonesia bubar 2030. Hal itu diutarakan Prabowo yang juga Ketua Umum Partai Gerindra saat mengutip novel fiksi berjudul, "Ghost Fleet".
Menurut novel itu, kata Prabowo, Indonesia diprediksi bubar pada 2030. "Ghost Fleet ini novel, tapi ditulis dua ahli strategi dari Amerika Serikat, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu. Mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," video yang diunggah akun Gerindra TV di YouTube.
Belum lagi pada Agustus 2017, Prabowo sempat melontarkan kata-kata yang notabene menyinggung profesi jurnalis. Kala itu dia menyebut bertampang lusuh, orang susah, dan bergaji kecil. Hal ini tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang pemimpin. Memang, karakter Prabowo dikenal memiliki tempramen tinggi.
Blunder selanjutnya, saat dia menyampaikan orasinya di Makassar yang sempat menyebut orang Sulawesi banyak makan dan pemarah. Barangkali mendiang ibunya Dora Sigar berasal dari Manado.
Memang seorang pemimpin harus menjaga lidah dan kata-kata. Jangan ceplas-ceplos. Pentingnya before speaking (sebelum bicara) think-think-think. Harus ada grand analysis dari timnya karena apa yang disampaikan sangat punya influence and impact bagi audiens. Nah pentingnya Capres Prabowo menjaga perkataan jangan kerap blunder. Menurut, Psikolog Daniel Goleman, dipublikasikan dw.de, mengatakan, kecerdasaan emosional (EQ) berperan 80 persen bagi kesuksesan seseorang, sedangkan kecerdasan intelektual hanya 20 persen
Sebab itu, "banyak makan" punya konotasi negatif bagi traditional listeners. Tapi bagi sebagian kalangan menggangap itu adalah lumrah atau biasa. Bisa saja kita beranekdot, beralegori sampai tipologi, sebaiknya menggunakan rumus ABC yaitu (accuracy, brevity, dan clearity) dan right, direct and measurable (benar, tepat dan terukur)